Petani berbaju kuning itu nampak sudah mengayungkan cangkul walau kabut pagi di bumi Dewata masih mengepung. Sepetak tanah itu digarapnya berlahan. Sejengkal demi sejengkal tanah terurai. Sesekali, ia berhenti. Menyeka keringat. Lalu melanjutkan kembali.
KEMBALI KE ARTIKEL