Dari Sabang sampai Merauke
Dari Miangas ke Pulau Rote
Indonesia Tanah Airku...
Demikian petikan lagu dari sebuah iklan produk mie instan yang pernah terdengar di televisi. Lagu tersebut menyebutkan batas lintang utara dan lintang selatan negeri kita Indonesia. Zona paling utara adalah Pulau Miangas dan zona terselatan adalah Pulau Rote. Penulis bersama 74 kawan-kawan mahasiswa akan berKuliah Kerja Nyata di wilayah tapal batas Indonesia-Filiphina, Provinsi Sulawesi Utara selama Juni-Juli 2013.
Mahasiswa dari berbagai fakultas ini diseleksi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKN Unhas awal bulan Mei lalu. Kami membawa curiculum vitae, Kartu Rancana Studi Sementara, dan sertifikat yang akan menunjang latar belakang kegiatan yang selama ini dilakukan sebagai mahasiswa, sebagian besar mereka yang pernah aktif di lembaga kemahasiswaan mengisi deretan nama tersebut. Lima hari kemudian keluarlah 50 nama yang lulus ber-KKN ke Pulau Miangas, satu minggu kemudian menyusul 25 nama sehingga berjumlah 75 orang.
Materi pembekalan mengenai karakteristik dan masyarakat Pulau Miangas sempat kami terima. Materi itu dibawakan oleh salah satu anggota TNI yang pernah tinggal kurang lebih setahun di sana. Katanya, semangat anak-anak untuk bersekolah masih rendah meskipun fasilitas dan infrastruktur tetap dipasok pemerintah, saudara-saudara di sana banyak mengalami penyakit gatal-gatal, mereka juga sebaiknya mengerti cara berkebun dengan baik. Namun dari segi keramahan, masyarakat Pulau Miangas seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Mereka ramah, bergotong royong, dan toleransi. Hal itu semakin membuat saya penasaran dengan pulau ini. Demikian pula kawan-kawan lainnya.
Rapat demi rapat dilakukan disela-sela jadwal final, entah itu malam ataupun siang. Kawan-kawan harus mempersiapkan segala sesuatu terutama program-program yang akan kami lakukan. Program yang telah direncanakan sesuai permintaan masyarakat di sana ada empat item. Pertama, pemberdayaan pemuda seperti pelatihan ketenaga kerjaan, pengenalan ekologi laut, bersih pantai, pelatihan menulis dan jurnalistik, soft skiil, nasionalisme dsb. Kedua, penghijauan seperti penanaman bibit yang targetnya dibawa dari Sul-Sel yang belum ada di sana tentunya disesuaikan karasteristik tanah berpasir. Ketiga, kesehatan seperti penyuluhan gizi, pengobatan massal, dsb. Keempat kegiatan penunjang yaitu kegiatan yang tidak tergolong dalam ketiga program tersebut seperti pembenahan wilayah, pendataan warga, dsb.
Kehadiran kami dari berbagai fakultas seperti Fakultas Pertanian, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Sastra, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik memudahkan melakukan seperti yang tersebut di atas. Untuk saat ini, kami melakukan penggalangan dana dengan cara memasukkan proposal di instansi-instansi baik pemerintahan maupun swasta serta kegiatan-kegiatan kreatif untuk memperoleh dana operasional. Kegiatan sosial yang akan kami lakukan semata-mata untuk berbuat secuil dari ilmu yang kami dapatkan selama ini di Kampus Merah dan lingkungan sekitar kami.
“Saya salut dengan 75 mahasiswa yang ingin ke Pulau Miangas, pulau yang terisolasi tapi mereka tetap antusias,” ujar Rektor Unhas Prof.Dr.dr Idrus A.Patturusi pada pelepasan KKN, Rabu (29/5) lalu di Baruga AP. Pettarani Unhas yang juga dihadiri Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Haryono Umar.
Bagi kami para pencari petualang dan pengalaman, berada di pulau terutara Indonesia untuk membagi yang kami punya adalah kesempatan langkah. Jika di kota besar sudah merasakan teknologi dan infrastruktur yang bagus kenapa tidak bagi warga Miangas?
Semangat Miangas...Tunggu kami...^_^