Di hari Minggu pertama bulan April 2012, saya menyempatkan diri untuk ngaleut bersamaÂ
Komunitas Aleut! Hari itu kita menelusuri stilasi-stilasi yang menjadi penanda dan pengingat peristiwa Bandung Lautan Api, kita mengambil tema Bandung Lautan Api karena memang berdekatan dengan momentum peringatan peristiwa Bandung Lautan Api yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Dari perjalanan ngaleut kali saya mendapat beberapa pelajaran yang mungkin bisa sangat berharga setidaknya bagi saya sendiri, yaitu :
Dalam perjalanan ngaleut kali ini, para pemandu menyampaikan berbagai informasi dari sumber-sumber yang berbeda dan dengan banyak versi yang berbeda pula. Hal tersebut membuat saya berfikir bahwa sejarah adalah sesuatu yang sangat subjektif, sejarah kadang-kadang ditulis untuk kebutuhan tertentu para penulis atau penuturnya. Maka dari itu saya secara tidak langsung selalu diwanti-wanti agar memandang sejarah tidak dari satu sisi saja, karena akan berakibat kurang baik yaitu timbulnya sikap yang terlalu fanatis ataupun terlalu apatis terhadap sebuah peristiwa, objek ataupun tokoh sejarah. Jika fanatisme dan apatisme telah merasuki pikiran kita maka objektivitas dan sikap kritis kita terhadap sesuatu akan terus menurun, dan hal tersebut akan menjadi tidak bagus ketika kita melakukan suatu proses pembelajaran. Selain itu pada ngaleut kali ini saya diingatkan kembali untuk selalu meng-crosscheck setiap materi yang disampaikan, hal yang mana sudah jarang atau malas dilakukan oleh kebanyakan dari kita setiap kali merespon suatu berita ataupun informasi.
Setiap perjuangan dan pergerakan selalu saja ada kontroversi dan pro kontra yang mengiringinya, hal tersebutlah yang menjadi poin selanjutnya yang bisa saya ambil dari perjalanan ngaleut kali ini. Begitu pula dengan peristiwa Bandung Lautan Api, walaupun cerita-cerita yang berkembang di masyarakat kebanyakan tentang kepahlawanan, pengorbanan dan perjuangan warga Bandung pada masa itu, namun ada beberapa pihak yang memang kurang setuju dengan langkah yang diambil pada masa itu, mereka berpendapat tindakan membumihanguskan Bandung adalah suatu tindakan yang merugikan Bandung dua kali, pertama Bandung harus diserahkan kepada NICA dan yang kedua warga Bandung harus memusnahkan harta benda yang dimilikinya begitu saja padahal andaikata NICA menguasai bandung secara utuhpun, mereka belum tentu mempergunakan semua rumah dan harta warga Bandung demi kepentingan mereka, jadi tindakan membumihanguskan Bandung dianggap tindakan yang mubadzir. Jika diperhatikan, tanggapan peristiwa BLA tersebut memiliki kemiripan dengan tanggapan tentang perjuangan dan pergerakan menolak rencana kenaikan BBM baru-baru ini, banyak yang mendukung dan tidak sedikit pula yang tidak simpatik terutama karena banyak aksi yang dilakukan dengan cara yang merusak. Menyikapi hal ini saya beranggapan bahwa setiap orang punya hak dalam berpendapat dan punya cara masing-masing dalam memperjuangkan pendapatnya, semua itu sah-sah saja sepanjang memang dilakukan atas dasar kesadaran sendiri, bukan karena ikut-ikutan belaka, tahu tujuan yang diperjuangkannya dan tidak merugikan orang lain.
KEMBALI KE ARTIKEL