Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Adu Kuat Anies dan M.Nuh

8 Desember 2014   07:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:49 88 0
Tanpa disadari era pemerintahan Jokowi ternyata mengusung tagline HARUS BEDA, kalo perlu berlawanan dengan pemerintahan Sebelumnya, biar apa? Biar KEREN. Contoh kecilnya saat penenggelaman kapal illegal fishing. Penenggelaman era SBY cukup dilubangi kapalnya (jere), kalo sekarang? ditembaki dan di ledakan. biar apa? biar KEREN. Tak jauh beda dengan dunia pendidikan, Mentri Anies akan menghentikan Kurikulum 2013 per semester genap. Langkah Anies sangat diapresiasi dan menjadikannya idola baru guru-guru muda terlebih buat guru-guru yang maaf sudah sepuh. Namun langkah Anies ini membuat geram sang mantan. M. Nuh pun langsung mengkritik tajam langkah mentri muda tersebut. Mohammad Nuh, menilai kebijakan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah kembali pada Kurikulum 2006 adalah langkah mundur. Kurikulum 2013 secara substansi dinilainya tidak ada masalah. "Kalau ada masalah teknis, mestinya dicarikan solusi perbaikannya, bukan balik ke belakang sebab KTSP secara substansi ada kekurangan dan secara teknis juga perlu penyiapan lagi," kata Nuh di Surabaya, Minggu (7/12/2014), seperti dikutipAntara.

Apakah langkah bapak mentri menghentikan kurikulum 2013 bagian dari Program Beda milik Jokowi? Sebagai salah satu guru yang sudah mendapat sosialisasi K13, saya berpendapat bahwa langkah bapak mentri ada benarnya. Ada dua tahap yang sudah saya jalani dalam sosialisai K13. Yang pertama adalah Diklat Kutil (kurikulum tiga belas) dan yang kedua adalah pendampingan K13. Dari kedua sosialisasi tersebut saya mendapatkan pemahaman tentang isi K13 kira-kira 60% dan saya yakin hampir semua guru kurang lebihnya sama pemahamanya dengan saya. Ada dua hal yang mendasar kenapa guru-guru berkutat dalam angka 50% dalam pemahaman isi K13. Yang pertama adalah fasilitator dan yang kedua adalah peserta, yaitu guru itu sendiri. Pemilihan fasilitator sebaiknya menggunakan orang yang benar-benar paham 100% tentang K13. Selama ini fasilitator K13 hanya menggunakan fasilitator yang terbaik dan mau dari para guru, yang tentunya belum tentu paham 100% tentang K13. Faktor kedua adalah dari guru itu sendiri. Saya menilai saya sendiri dan beberapa rekan. Semangat dalam mempelajari K13 masih sangat kurang. Pokoknya asal tau saja lah, yang penting dikit-dikit tahu tentang K13. Sebenarnya masih ada satu faktor lain yang membuat sebagian guru malas menerpkan K13, yaitu belum terdistribusikanya buku siswa secara menyeluruh, namun tidak saya jadikan faktor mendasar kekurangan K13. karena bahan ajar kalau kita mau ya pasti bisa membuatnya sediri, toh sudah ada panduan buku guru.

Namun langkah Anies yang menghimbau agar sekolah yang belum siap menerapkan K13 untuk memakai kurikulum KTSP 2006 adalah benar-benar langkah mundur. Ada baiknya sekolah yang diluar 6221 sekolah percontohan tetap menggunakan K13, namun dengan perbaikan-perbaikan secara bertahap. Misalnya dengan sosialisasi yang terus menerus dan tak kalah pentingnya, guru juga diberi target untuk mencapai level pemahaman sampai 90% sehingga dalam penerapanya guru sudah tidak bingung lagi.

Semoga langkah bapak mentri yang kita cintai ini tidak menjadikan kita melangkah mundur. Tidak menjadikan bapak mentri ikut-ikutan Beda. Mari kita terapkan K13 dengan semangat bersama. Kita perbaiki bersama-sama. Mari kita jadikan generasi yang akan datang, generasi yang penuh akhlak mulia sesuai pesan dari K13.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun