Ngomong-ngomong tentang nila, waktu kecil setahu saya nila itu nama ikan. Jadi menurut saya waktu itu arti peribahasanya adalah kalau ikan nila dicemplungin ke dalam susu, tentu saja ikan nilanya akan mati hingga susunya jadi bau amis, dan akibatnya tak akan ada orang yang mau minum susunya. Jadilah rusak susu sebelanga hanya karena seekor ikan nila.
Nila juga sering dipakai sebagai nama dari orang yang berjenis kelamin wanita. Tentu saja jika Nila nyebur ke dalam susu sebelanga, itu mandi susu namanya, dan jelas tak akan ada yang mau minum susu bekas mandi Nila, apalagi kalau Nila pipis di dalamnya. Akibatnya, bukan hanya susu sebelanga yang rusak, tapi belanganya juga bisa pecah karena dimasuki badan Nila.
Tapi bukan Nila ikan atau Nila manusia yang mau saya bahas. Saya mau bercerita tentang contoh lain dari peribahasa di atas yang dilihat dari sudut pandang lain.
Seorang karyawan dimarahi atasan karena kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, sudah begitu dimarahinya di depan umum pula sehingga banyak yang menyaksikan. Sang karyawan pun merasa terhina, hingga dia bertanya-tanya dengan rasa kesal yang menyesakkan dada...
"Jadi selama ini kerjaan gua dianggap apa? Cuma karena salah sekali aja kayaknya kiamat seluruh alam raya. Terus buat apa gua kerja keras demi perusahaan selama ini? Dikemanain jasa-jasa gua yang kemarin-kemarin? Kayaknya gak dilihat sama sekali! Padahal kalo gak ada gue, elo...end!!"
Seorang wanita sebut saja namanya Bunga, sedang kelimpungan karena bertahun-tahun lamanya dilanda masalah keuangan. Akibatnya hutangnya makin bertumpuk hingga suatu hari tak ada lagi yang bisa membantunya. Dalam keputusasaan, akhirnya dia kembali memberanikan diri untuk mendatangi seorang sahabat dekatnya yang kita sebut saja sebagai Melati, yang selama ini juga sering membantunya meminjamkan sejumlah uang walaupun hingga hari ini belum sepeserpun dikembalikan oleh Bunga.
Tapi kali ini Melati minta maaf karena sudah tak bisa meminjamkan lagi, alasannya dia juga butuh uang untuk biaya hidup dan menabung. Melati bilang dia tak bisa terus-terusan menghabiskan gaji meski demi membantu sahabatnya.
Meski ditolak, Bunga tetap mendesak, dia memohon dan memelas agar Melati menolongnya sekali lagi, dia berjanji ini hutang terakhir dan akan segera dikembalikan. Tapi pengalaman selama bertahun-tahun menolong Bunga dan belum sepeserpun uangnya kembali meskipun Bunga sudah berkali-kali berjanji akan segera mengembalikan, membuat Melati kehilangan kepercayaan meskipun rasa tak percaya itu tak dia ungkapkan pada Bunga. Melati hanya bisa minta maaf karena tak bisa membantu lagi.
Tapi apa yang terjadi? Bunga malah marah-marah, dia merasa tidak dipedulikan, dia merasa dikhianati sahabat terdekatnya, bahkan dia merasa seluruh dunia tak lagi peduli. Padahal dia cuma ngutang sama teman-temannya yang ada di Jakarta dan Bekasi, bukan pada orang-orang sedunia. Lebay sekali sodara-sodara.
Melihat sikap Bunga seperti itu, Melati pun jadi emosi dan balik memarahi.
"Lu itu gak tahu diri ya! Gak tahu terima kasih! Udah bertahun-tahun gua tolongin elu, tapi lu gak anggap sama sekali bantuan gua! Gua kasih elu makan sampe gua sendiri kehabisan tabungan! Sekarang cuma karena gua ga bisa bantu sekali aja lu malah marah-marah! Itu ngelunjak namanya!!" bentak Melati.
"Ya udah kalau gak mau nolongin gak usah marah-marah!! Gua mau cari om-om aja! Gua mau jual diri! Cape gua sama masalah ini! Gak ada habis-habisnya!!" Balas Bunga.
"Heh!! Mikir dulu kalau ngomong! Lu mau nyesel seumur hidup gara-gara salah bikin keputusan? Jangan putus harapan gitu dong! Elu tuh kayak gak punya Tuhan aja!! Lu tuh kebanyakan ngeluhnya daripada bersyukur! Belajar dong syukuri dulu apa yang udah lu dapet selama ini!" hardik Melati.
"Gua gak butuh ceramah! Ceramah gak bakalan nolongin gua! Sekarang gua butuh duit! Duiiiitt!!!" Bunga menjerit.
Jadilah dua sahabat ini bertengkar hebat.
Nah, sodara-sodara...contoh pertama bercerita tentang karyawan yang merasa jasanya pada perusahaan diabaikan hanya karena sekali kesalahan yang sebelumnya tak pernah dia lakukan. Tapi dia jadi merasa terhina dan sakit hati, sehingga secara tidak langsung dia menuntut perusahaan untuk mengingat jasa-jasanya selama ini.
Contoh kedua bercerita tentang Bunga yang gelap mata sehingga seolah lupa dengan jasa -jasa Melati selama ini hanya karena Melati tak bisa menolong lagi. Tapi sebaliknya, Melati pun jadi emosi sehingga dia merasa perlu mengingatkan Bunga bahwa dia sudah berkorban selama bertahun-tahun lamanya demi Bunga. Dalam arti lain, dia jadi minta dihargai atas jasa-jasanya selama ini.
Perbuatan baik yang diawali dengan niat tulus ikhlas ingin membantu, bisa saja berubah jadi keinginan untuk diakui ketika orang yang kita bantu menunjukkan sikap yang tak menghargai.
Pekerjaan yang diawali dengan niat cari uang, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ataupun sekedar untuk bersosialisasi, bisa saja berubah menjadi sikap minta penghargaan ketika sedikit kesalahan yang kita lakukan membuat perusahaan seolah lupa dengan kontribusi yang selama ini kita berikan.
Mungkin itulah sebabnya nasehat bijak mengatakan: "Kalau kita berbuat baik segeralah lupakan, dan jangan diingat-ingat lagi."
Mungkin salah satu alasannya adalah agar kita tidak sakit hati ketika kebaikan yang kita lakukan seolah tidak diperhitungkan, dan karena minta pengakuan atau penghargaan bisa merusak niat kebaikan.
Nila setitik memang bisa merusak susu sebelanga, tapi untungnya susu yang tersedia di dunia tidak hanya sebelanga. Masih baaanyak susu-susu yang bisa diperas dari sapi-sapi terbaik di dunia. Masih baaanyak kebaikan lain yang bisa kita lakukan. Jadi biarkan saja orang melupakan jasa yang pernah kita berikan, karena jauh lebih penting lagi jika kebaikan kita senantiasa diingat Tuhan. Bukankah demikian? :)