Lebih lanjut dikatakan oleh Ons Untoro, yang selama ini mengkoordinir dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan SBP yang bertempat di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta, ”Seorang aktor, sebagai pemain teater bisa memikat ketika membaca puisi, tetapi seorang penyair belum tentu mempunyai kemampuan membaca puisi, tetapi seorang penyair belum tentu mempunyai kemampuan membaca puisi. Meski kita bisa menemukan, penyair yang mempesona ketika membaca puisi, lagi-lagi kita bisa menunjuk Rendra. Yang lain, kita bisa pula menyebut Darmanto Djatman, Sutardji CB, atau Emha Ainun Nadjib dan sejumlah yang lain,”
Acara dibuka dengan pembacaan puisi oleh Meritz Hindra, yang dilanjutkan oleh penampilan Puntung CM Pudjadi bersama rekan-rekannya.
Setelah itu lampu padam. Dari arah pintu terlihat sosok dengan nyala lilin di tangan, melangkah pelan menuju ke arah panggung. Suasana senyap. ”inilah lembah gulita yang sangat dalam/kosong, hening dalam gigil yang menyudut palungnya/Anginpun lebih lirih dari sekedar desir...”. Itulah penampilan Ana Ratri yang pernah sekolah di ASDRAFI yang aktif di Pojok Budaya dan Sanggar Bambu, yang membawakan puisinya: ”Gelap”, ”Bait Akhir” dan ”Rahasia”.