Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Masohi di awal 2012 Masehi; kota tua penuh intrik (bag. 1)

4 Maret 2012   13:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30 434 0
Tidak banyak informasi dari kepulanganku kali ini di kota tua penuh sensasi, atau mungkin saja karena kali ini saya datangi kota Masohi memang bukan karena ingin menelusuri dunia intrik politik yang mulai menghangat lagi di kota ini, jelang PILKADA 2012 . Namun karena kepentingan keluarga yang menggelar hajatan dan biasanya selalu mengumpulkan sanak family terdekat untuk merayakan sekaligus ajang kumpul-kumpul.

Makmul, sebagai pengajar yang lama tinggal dan bermukim di Masohi, sempat tahu banyak dan banyak tahu tentang seluk beluk kondisi sosial masyarakat yang berpenduduk cukup padat ini. Sumbangsih lewat tulisan ringan seperti inilah yang biasanya saya naikkan menjadi topik blog, selain sebagai curahan hati yang gelisah karena selalu ingin mau menulis, disamping itu ingin rasanya berkontribusi menyumbangkan ide dan pikiran meski kemudian hanya akan  menjadi koleksi media online.

Masohi yang akan menggelar perhelatan akbar PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) yang akan memilih pejabat Bupati dan Wakil Bupati 2012-2017, berencana akan menggelar PILKADA ini pada  awal April 2012 nanti. Sebuah konsekwensi logis jika harus mengeluarkan  biaya yang mahal untuk hajatan akbar ini. Tidak tanggung-tanggung, menurut ketua KPU Malteng dalam salah satu media online malah pemkab siap menggelontorkan dana  APBD 23, 5 M. untuk pilkada Malteng 2012, dengan rincian Rp450 juta, selanjutnya APBD Perubahan Rp2 miliar lebih. Sedangkan pada APBD 2012 diusulkan Rp15 miliar lebih. hal inilah yang menjadikan saya untuk sekedar nimbrung untuk menulis dan menyuarakan apa yang dirasakan seorang pengajar seperti saya yang punya hubungan emosional dengan kota yang pernah saya tinggali dan kini ditinggalkan.

Tentu perlu didokumentasikan lewat tulisan yang mungkin akan menjadi catatan tersendiri meskipun kemudian akan menjadi perspektif personal saya, namun  mungkin akan menjadi sebuah pertimbangan yang bisa dijadikan acuan demi perbaikan ke arah yang lebih baik.

Aroma yang begitu kental dan berbau intrik politik, kini mulai terasa di setiap lapisan masyarakat. Sebagai pengajar yang sering bolak balik kota Masohi dan ibukota propinsi Maluku, Ambon, tentu lama kelamaan sangat berdampak pada intensitas dan interaksi para relasi dan kawan, apalagi sahabat serta komunitas pendidikan yang biasanya sering berdiskusi bertukar pikiran apa yang bisa kita sumbangkan kepada negeri Nusa Ina, (pulau Ibu)  ini (julukan untuk Pulau Seram, tempat Kota Masohi ada), bagaimana kita bisa memajukan negeri ini lewat para peserta didik dan pendidiknya.

Citra kota tua yang tak terurus dari tahun ke tahun kepada kota Masohi, menjadi julukan yang biasanya disandangkan jika orang mulai berseloroh menyebut kota Masohi, angka pertumbuhan ekonomi yang lambat, minimnya lapangan pekerjaan, sumberdaya alam yang tidak lagi terbarukan dan tidak dikelola dengan baik, birokrasi yang semrawut  dan sistem pendidikan yang terpuruk, ditambah intrik politik yang selalu menghangat bahkan sering memanas.  Berdampak pada buruknya sistem pemerintahan dan kenyamanan masyarakat kota, tentu bukan  menjadi harapan dari masyarakat, namun inilah yang terjadi. apa yang bisa dibanggakan dari kota tua yang tidak terurus.?

Banyak masyarakat yang merasa sudah ada perkembangan dari tahun ke tahun, setidaknya 10 tahun terakhir sudah menunjukan perubahan yang berarti, namun ketika melihat tata kota yang semrawut, pemerintah daerah yang tidak menampakkan itikad baiknya untuk memperbaiki sektor pendidikan dan kesehatan yang kini tak terurus. buktinya sebuah Rumah Sakit Daerah Masohi yang dibangun Milyaran Rupiah dengan segala perlengkapan canggihnya, toh tidak menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk merawat masyarakat kota ini yang sakit, mereka lebih memilih Rumah Sakit Daerah di Kota Ambon, atau bahkan Rumah Sakit di bagian lain kabupaten Maluku tengah misalnya di desa Tulehu  yang dicapai melalui penyeberangan laut, yang penting bukan rumah sakit umum Masohi. Jika ada pun itu karena ketidakberdayaan masyarakat ekonomi lemah dan terpaksa harus  melakukan perawatan dan berobat jalan di rumah sakit kebanggaan ini, tapi sungguh tidak menjadi sebuah kebanggaan yang melekat pada setiap orang Masohi, andapun bisa membuktikannya.

Sektor Pendidikan yang mencetak dan melahirkan generasi cerdas kota Masohi  pun seakan terseok seok, dikarenakan pejabat yang mengurus pendidikan di kota ini tidak benar-benar berkonsentrasi untuk mengurus pendidikan namun melainkan merangkap beberapa jabatan penting di Dinas Pendidikan, padahal beliau sendiri tercatat aktif sebagai guru besar dan dosen di sebuah universitas negeri kenamaan di Maluku yang cukup terkenal.

Kedekatan ikatan darah (family) sang pejabat kepada dinas pendidikan dan olahraga (dikor) kota masohi dengan Bupati aktif saat ini tentu menambah polemik  baru di masyarakat dan komunitas pendidikan, sebab seakan selalu menggunakan fasilitas dan jalur birokrasinya melalui kepala-kepala sekolah, para pengawas para pejabat DIKOR, untuk memfasilitasi dan melakukan tekanan-tekanan dengan pola-pola tertentu untuk memuluskan salah satu pasangan calon PILKADA yang masih kerabat dekat Bupati dan Kepala Dinas sang guru besar ini.

Akibatnya Perencanaan pendidikan dipastikan terbengkalai, banyak sekolah yang mengeluh karena fasilitas pendidikan yang diajukan tidak diperhatikan, tidak ada solusi praktis dan jangaka panjang atau pendek untuk menyelesaikan masalah di lingkungan pendidikan kota Masohi.

Ambil contoh salah satu proyek pengadaan barang dan jasa, perlengkapan komputer dan media pembelajaran yang merupakan bantuan PC (Personal Computer) ke suluruh sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas, (SMA) tidak becus, bahkan indikasi komputer yang diberikan adalah komputer yang spesifikasinya rata-rata dibawah standar, setidaknya ini yang terungkap dari Kepala Sekolah SD Negeri 2 Amahai yang penulis temui di sela-sela penelitian penulis pada Oktober 2011. Keluhan beliaupun sampai pada pengadaan dan bantuan buku yang sampai kepada Sekolah Beliau tidak sesuai kebutuhan. ini yang menandakan bahwa pejabat yang berwenang tidak becus menghandel masalah pendidikan di kota ini. belum lagi program layanan jarnas (jaringan pendidikan nasional) yang menghubungkan seluruh sekolah di Maluku bahkan di Indonesia melalui internet go to school atau internet masuk ke sekolah, sampai akhir ini pun bukan saja tidak jalan, tetapi programnya amburadul. hmmm

Dua sektor ini yang penulis anggap menjadi pekerjaan rumah bagi Bupati dan wakil bupati terpilih di saat pemilu PILKADA 4 april 2012 nanti, apalagi salah satu calon Bupati berprofesi sebagai dokter, dan pendidik harusnya mereka sudah melihat potensi dan peluang ini untuk mengelola kota masohi ke depan di tengah tantangan dan peluang yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun