Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sehelai Daun yang Mencari Pohonnya

30 Juni 2010   02:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:12 91 0
Bermula dari badai bulan Januari, Angin tiba-tiba bertiup kencang mengalahkan hempasan butir-butir air hujan. Sehelai daun tersenyum, doanya terkabul. Ini saatnya! pekiknya dalam hati. Ia telah bersolek sejak pagi, bersiap dijemput angin. Betul saja, ia terhempas, melayang di udara, ke atas dan berputar-putar. Ia tak menyangka, itu adalah badai terbesar yang pernah ia temui. Tak apa, ia kini bebas. Selamat tinggal saudara-saudaraku para daun di pucuk-pucuk, Selamat tinggal tempat tidurku seuntai ranting yang kering.. Tubuhnya terus melayang, Melewati hutan, rumah, desa dan kota. Berhari-hari, kemanapun ia dapat menunggangi angin. Sampai suatu hari, ia tersesat di jalanan kota. Paginya ia terangkut ke bak sampah, sorenya berakhir di penampungan yang busuk. Tak ada lagi angin yang lewat. Ia sedih akan berakhir membusuk. Ia rindu sang bunda, sang pohon besar. Ia terus menunggu angin, yang tak mungkin bisa ditunggangi lagi. yang tak mungkin seharum di musim semi.. #o ——- Suatu pagi, di saat aku telah berkirim doa pada Pohonku. Jakarta.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun