Kira-kira dua minggu lalu, saya dan teman saya singgah ke sebuah mall dekat perumahan kami untuk sekedar jajan es krim di salah satu resto cepat saji.Karena ingin membeli sesuatu, teman saya mengajak mampir ke supermarket. Di sana ia bertemu teman-teman lamanya. Ia lantas permisi pada saya untuk mengobrol sejenak dengan mereka. Sambil menunggu, saya pun berkelana ke bagian lain. Kira-kira 20 menit kemudian, teman saya itu menghampiri saya seraya berkata: “Itu tadi teman-teman lamaku. Tau nggak, tadi aku bilang temanku yang sama aku itu (maksudnya saya) seorang novelis. Wah, mereka kagum lho.” Saya terperangah mendengar kata-katanya. Apaaa??? Novelis??? Waduuuh! Karuan saja saya segera memprotes. “Aduh, Mbak, aku kan belum jadi novelis. Aku baru nulis beberapa cerpen aja kok. Belum mampu nulis novel,” kata saya. Teman saya menjawab, dan jawabannya lagi-lagi membuat saya terpana. “Nggak apa-apa, say. Biarin aja. Aku bangga lho sama dirimu. Aku bangga punya teman penulis,” ujarnya membuat saya terkesima, terharu, sekaligus malu hati. Terimakasih, Mbak!