Malam makin temaram, tapi aku masih saja mengeja jiwamu dan menerka-nerka lekuk hatimu. Hati yang kau sembunyikan di balik lapisan kelok liukan kata. Kata-kata yang bertumpuk merapat, tebal merimbun bagai gugusan pepohonan belantara hutan hujan yang enggan kumasuki. Hutan hujan tempatmu timbul tenggelam. Tempatmu menghirap, sirna lalu muncul kembali.