Mohon tunggu...
KOMENTAR
Analisis

Membantu masyarakat beradaptasi dengan dunia digital

2 Februari 2025   13:06 Diperbarui: 2 Februari 2025   13:18 17 1
Perkembangan teknologi digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja, hingga berbelanja. Namun, tidak semua orang bisa mengikuti perubahan ini dengan mudah. Di sekitar kita, masih ada kelompok masyarakat yang kesulitan beradaptasi dengan dunia digital.

Misalnya, warga di perdesaan yang masih mengandalkan cara-cara tradisional dalam bertani atau berdagang, pedagang kecil yang belum terbiasa menggunakan aplikasi keuangan digital, serta lansia yang merasa teknologi terlalu rumit untuk dipahami. Jika mereka terus tertinggal, bukan tidak mungkin mereka akan semakin terisolasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Dalam esai ini, kita akan membahas tiga kelompok masyarakat yang sering kesulitan beradaptasi dengan teknologi, yaitu masyarakat perdesaan, pelaku usaha tradisional, dan kalangan lanjut usia. Kita juga akan membahas penyebab mereka tertinggal, dampak yang terjadi, serta solusi yang bisa dilakukan agar mereka lebih siap menghadapi era digital.

Masyarakat Perdesaan: Jauh dari Akses, Jauh dari Kemajuan

Mengapa Mereka Sulit Beradaptasi?

Masyarakat di daerah perdesaan sering kali memiliki akses terbatas terhadap teknologi. Beberapa faktor yang menyebabkan mereka tertinggal dalam dunia digital antara lain:
1. Keterbatasan infrastruktur: Tidak semua desa memiliki akses internet yang stabil. Di beberapa daerah terpencil, sinyal internet masih sangat lemah atau bahkan tidak ada sama sekali.
2. Tingkat pendidikan yang lebih rendah: Banyak warga desa, terutama yang berusia lanjut, belum terbiasa menggunakan perangkat digital. Mereka lebih nyaman dengan cara-cara tradisional dalam bekerja dan berkomunikasi.
3. Kurangnya sosialisasi tentang teknologi: Informasi tentang manfaat teknologi sering kali tidak sampai ke masyarakat perdesaan dengan cara yang mudah dipahami.

Dampak dari Kesenjangan Digital
Kesenjangan digital di desa-desa menyebabkan banyak dampak negatif, seperti:
1. Kesulitan mengakses layanan publik: Banyak layanan pemerintahan kini beralih ke sistem online, seperti pendaftaran BPJS, pengurusan KTP, atau bantuan sosial. Masyarakat desa yang tidak melek digital sering kesulitan mengakses layanan ini.
2. Keterbatasan peluang ekonomi: Banyak petani atau pengrajin desa yang bisa meningkatkan pendapatan mereka jika mereka tahu cara memasarkan produk mereka secara online. Namun, tanpa pemahaman teknologi, mereka hanya mengandalkan cara konvensional yang terbatas jangkauannya.
3. Kurangnya akses informasi: Informasi tentang kesehatan, pendidikan, atau bahkan berita terkini sering kali lebih mudah diakses oleh mereka yang memiliki internet. Masyarakat desa yang tertinggal secara digital lebih sulit mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Solusi yang Bisa Dilakukan
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:
1. Membangun infrastruktur digital di desa: Pemerintah dan perusahaan telekomunikasi harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua wilayah, termasuk desa terpencil, memiliki akses internet yang layak.
2. Pelatihan digital bagi masyarakat desa: Mengadakan kelas-kelas sederhana yang mengajarkan cara menggunakan internet untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mencari informasi, berkomunikasi, dan bertransaksi.
3. Pendampingan oleh anak muda di desa: Generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi bisa berperan sebagai mentor bagi warga desa lainnya, terutama orang tua dan lansia.

Pelaku Usaha Tradisional: Bertahan di Tengah Gempuran Digitalisasi

Mengapa Mereka Sulit Beradaptasi?

Banyak pelaku usaha kecil dan tradisional, seperti pedagang pasar, warung makan, atau pengrajin lokal, masih bertahan dengan cara-cara konvensional dalam menjalankan bisnis mereka. Beberapa alasan utama mereka sulit beradaptasi dengan teknologi adalah:
1. Kurangnya pemahaman tentang digital marketing: Banyak pedagang yang tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan media sosial atau marketplace untuk memasarkan produk mereka.
2. Takut akan sistem pembayaran digital: Beberapa pedagang masih ragu menggunakan aplikasi pembayaran online karena takut salah menggunakannya atau khawatir terhadap penipuan.
3. Modal yang terbatas: Beberapa pelaku usaha tradisional tidak memiliki cukup dana untuk membeli perangkat yang mendukung digitalisasi usaha mereka.

Dampak dari Keterlambatan Digitalisasi Usaha
Jika pelaku usaha tradisional tidak segera beradaptasi dengan dunia digital, mereka bisa menghadapi beberapa tantangan serius, seperti:
1. Persaingan yang semakin sulit: Usaha yang sudah go digital lebih mudah menjangkau pelanggan, sementara usaha yang masih konvensional akan semakin sulit bersaing.
2. Kesulitan mengembangkan usaha: Tanpa teknologi, usaha kecil sulit menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan omset mereka.
3. Kurangnya efisiensi dalam operasional bisnis: Teknologi bisa membantu mempercepat dan mempermudah berbagai proses bisnis, seperti pencatatan keuangan dan pemesanan barang. Tanpa teknologi, semuanya masih harus dilakukan secara manual, yang lebih lambat dan rentan kesalahan.

Solusi yang Bisa Dilakukan
Untuk membantu pelaku usaha tradisional beradaptasi dengan dunia digital, beberapa langkah yang bisa diambil adalah:
1. Pelatihan bisnis digital bagi UMKM: Mengadakan program edukasi tentang pemasaran online, pembayaran digital, dan manajemen keuangan berbasis teknologi.
2. Bantuan teknologi dari pemerintah dan perusahaan swasta: Misalnya, menyediakan program subsidi untuk pembelian perangkat digital atau akses gratis ke platform digital selama periode tertentu.
3. Pendampingan oleh komunitas bisnis digital: UMKM bisa didampingi oleh mentor atau komunitas yang sudah lebih dulu sukses dalam bisnis digital.

Lansia: Bingung dengan Perubahan yang Terlalu Cepat

Mengapa Lansia Sulit Beradaptasi?
Banyak lansia merasa kesulitan mengikuti perkembangan teknologi karena beberapa alasan berikut:
1. Teknologi berkembang terlalu cepat: Lansia tidak tumbuh di era digital, sehingga perubahan ini terasa asing bagi mereka.
2. Kurangnya rasa percaya diri dalam menggunakan teknologi: Banyak lansia takut salah saat menggunakan gadget atau aplikasi digital.
3. Kurangnya dukungan dari keluarga: Tidak semua keluarga memiliki kesabaran untuk mengajarkan lansia cara menggunakan teknologi dengan baik.

Dampak dari Keterbatasan Digital di Kalangan Lansia
Lansia yang tidak bisa menggunakan teknologi dapat mengalami berbagai kesulitan, seperti:
1. Kesulitan berkomunikasi dengan keluarga: Banyak anak dan cucu yang lebih sering berkomunikasi melalui pesan singkat atau media sosial, yang sulit diakses oleh lansia yang tidak paham teknologi.
2. Sulit mengakses layanan kesehatan: Beberapa layanan kesehatan kini berbasis digital, seperti konsultasi dokter online atau pendaftaran BPJS secara daring.
3. Mudah menjadi korban penipuan online: Lansia yang belum memahami keamanan digital lebih rentan terkena modus penipuan online.

Solusi yang Bisa Dilakukan
Beberapa langkah yang bisa membantu lansia lebih akrab dengan teknologi adalah:
1. Pelatihan teknologi bagi lansia: Mengadakan kelas yang mengajarkan lansia cara menggunakan smartphone, media sosial, dan aplikasi pembayaran.
2. Pendampingan oleh keluarga: Anak dan cucu bisa lebih aktif mengajarkan lansia cara menggunakan teknologi secara perlahan dan sabar.
3. Pengembangan perangkat yang lebih ramah lansia: Produsen teknologi bisa menciptakan perangkat dengan tampilan yang lebih sederhana dan mudah digunakan oleh lansia.

Kesimpulan

Tidak semua orang bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan mudah. Masyarakat perdesaan, pelaku usaha tradisional, dan lansia adalah kelompok yang paling rentan tertinggal dalam era digital. Jika tidak ada upaya untuk membantu mereka beradaptasi, kesenjangan digital akan semakin melebar.
Dengan pendekatan yang tepat—mulai dari edukasi, penyediaan infrastruktur, hingga pendampingan—kita bisa memastikan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, bisa menikmati manfaat dari dunia digital.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun