Sepi, seperti biasa
 Asap rokok mengepul di udara
Setengah cangkir kopi tersisa
Romantisme, cuma itu di dada
Mana mungkin menepis jelita rautnya,
lentik matanya dan sejuk senyumnya.
Tak terbayangkan harus membuang setiap detail memori berdua.
Mustahil, menegasi  setiap hal tentangnya.
Walaupun semua orang menyuruhku melupakanya.
Akan terus begini, memanggilinya setiap hari
Dan sekarang, Ijinkan meminjam kata kata pujangga
Buat sekedar membahasakan getir kehilanganya.
Benar benar gila.