" Hiii, kok merah-merah gitu sih mulutnya nenek? Dibawa ke dokter bu segera!" Â Kepanikan di tengah tarikan tangan saya sesaat melihat nenek keluar dari kamar tidurnya subuh itu. Bibir nenek yang biasanya berwarna coklat muda, tetiba pagi itu penuh kesumba. Tak hanya itu namun gigi yang bersih walau tidak rata, kali ini komat-kamit seperti mengunyah sesuatu yang berwarna merah. Anehnya tidak ada raut kesakitan maupun desis perih jika terluka.
Bukannya segera membantu nenek berpakaian (beliau memakai kain batik yang dibikin ikat sarung dan BH khas perempuan Jawa zaman dulu), namun suara tawa ibu berderai di sampingku. Dahi saya terasa mengerut dan sedikit mengeras. Saya tak mengerti dengan reaksi perempuan yang melahirkan saya tersebut. Fyi, saya masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak waktu itu.