Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Bertemu Mantan

23 Desember 2024   18:44 Diperbarui: 23 Desember 2024   18:44 26 5


Bertemu Mantan
DN Sarjana

Ternyata apa yang dikatakan orang tuaku memang terbukti. Konon ketika bulan masehi yang berakhiran ber pasti mulai musim hujan. Desember tahun 2024 ternyata hujan hampir setiap hari turun di kotaku. Pantesan dijuluki kota pelangi.

Malam minggu kali ini memberi keberuntungan. Cuaca sedikit cerah walau awan bergelayut. Agung sepakat dengan mantan pacarnya Risma untuk cuci mata menikmati indahnya suasana kota. Kami berjanji tetap pada posisi masing-masing. Tidak ada yang mengusik masa 2 tahun lalu, ketika kami sepakat berpisah.

Waktu menunjukan pukul 20.00 wita. Agung menunggu di sudut kota, disebuah kafe. Kebetulan kafe pojokan sangat disukai oleh anak muda karena suguhan kopinya yang mantap. Agung dengan santai menikmati hidangan kopi hitam. Sesekali Ia menghirup rokoknya dalam-dalam.

Tak disangka hanpone yang terselip di saku celana bergetar. Agung dengan cekatan mengambil karena ia masih ingat janji dengan Putri. Ternyata benar. Pesan watsshap dari Putri.
"Kamu lupa ya tempat tongkronganku di kafe ini."

Agung tersentak. Entah mengapa malam ini ia lupa kebiasaan duduk dipojok sisi timur bersama Putri. Ia bergegas pindah tempat. Didapatinya Putri sedang mempermainkan hanpone. Di mejanya terlihat kosong.

"Hai Putri. Sudah tadi?". Putri terdiam. Sepintas ia memandang Agung sambil memberi isyarat duduk. Suasana seolah tegang membisu. Agung sedikit mendongakkan kepalanya. Ia menatap wajah Putri sambil melepas senyum. Tak disangka senyumnya terpaut sebab Putri melepas senyumnya juga.

Hati Agung  berdebar. Terlihat Putri lebih dewasa. Wajahnya yang manis tidak banyak berubah, tetapi ada kedalaman rasa yang tidak ada sebelumnya. Agung merasa jantungnya berdegup kencang. Apakah hal yang sama dirasakan Putri?

Sebagai lelaki, Agung tidak bisa suasana bisu lama terjadi. Ia mulai memancing pembicaraan.

"Sudah lama Putri." Kata Agung sambil menyodorkan list pesanan yang dibawa pelayan kafe.

"Sepuluh menitan kali," saut Putri dengan suara lembut.

"Maafin aku ya Put. Aku lupa tempat kita biasa bersenda gurau."

Putri terlihat tersenyum dipanggil Put. Memang itu kebiasaan Agung ketika mereka masih pacaran.

Sambil menikmati hidangan, guraian Agung dan Putri biasa-biasa saja. Mereka seolah tak pernah menjadi mantan, karena sepakat berpisah baik-baik.

Masalahnya sih sepele aja. Mereka tak saling percaya kalau jarak mereka yang begitu jauh bisa bertahan. Tapi ada juga sedikit ganjalan karena perbedaan kehidupan.

Malam terus berlalu. Kerdipan temaram lampu disepanjang jalan kota menambah indah suasana. Ada satu hal yang mengganjal pikiran dan perasaan Agung untuk segera ia ungkapkan kepada Putri.

"Putri. Aku mengajakmu bertemu bukan sekedar bertemu. Aku ingin hubungan kita baik kembali." Kata Agung sambil memegang jemari Putri.

Putri gelagapan. Ingin rasanya dia  menghindarkan jemarinya dari jemari Agung. Tapi itu sudah terlambat. Belum lagi degup jantungnya terasa berdebar, dan kata hatinya seolah perpesan "tak mungkin. Tak mungkin."

"Agung. Apa-apaan ini. Lepas jemariku. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi." Kata Putri sambil memandangi Agung.

Ingin rasanya Putri memarahi Agung yang menurut dia berlaku kurang baik. Sebagai perempuan Putri masih punya harga diri. Mestinya Agung tidak memperlakukannya seperti itu, apalagi hubungan mereka sudah lama terputus.

Agung cepat mengalihkan perhatian.
"Maafkan aku Put. Aku tahu kamu merasa tersinggung atas perlakuan ini. Tapi Put harus tahu, aku lama merasa kehilanganmu.


Putri berusaha menenangkan diri. Ia kembali mengingat masa lalunya. Ya masa SMA saat pacaran dulu. Agung memang anak yang serius. Anak terdidik. Anak seorang pengusaha. Tapi kepribadiannya sangat santun. Selama pacaran tak sekalipun Agung mau merendahkan dirinya.

Sambil memandangi Agung dengan perasaan yang tulus Putri berucap: "Agung . Keputusanmu memerlukan waktu buat aku menjawab. Aku belahar banyak soal cinta saat kamu meninggalkan diriku. Tapi percayalah Putri masih tetap sendiri."

Agung terlihat kecewa atas ucapan Putri. Harapannya agar Putri menerima apa adanya seperti masa SMA dulu merasa sedikit terganjal.

"Put, aku sesungguhnya tak ingin kata itu kau ucapkan. Aku tak ingin ada kesan penolakan malam ini, sebab semua rasa kasih, rasa sayang dan harapan tentang keluarga kita, aku  bawa kesini. Aku bawa untukmu."
Celoteh Agung sambil sesekali memegang erat jemari Putri.

Putri menatap Agung. Ia mengulang kebiasaan manja Agung. Diusapnya tangan Agung, perlahan jatuh dipipinya. Yaa...Putri sengaja menjatuhkan jemari Agung ke pipi Putri. Ada getar asmara yang membuncah. Harapan dan misteri yang sering hadir dalam mimpinya ternyata benar terjadi. Apakah Dia akan jatuh dalam pelukan kasih dan sayang dari Agung?

"Agung, masih ada waktu. Bersabarlah. Kita jalin kembali masa-masa indah dulu. Percayalah."

Dan malam itu, seakan rembulan yang sembunyi di balik dedaunan ikut mengintip dan tersenyum atas peristiwa yang terjadi. Akankah pertemuan mantan akan berlanjut?

















































KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun