Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cinta Bersemi, Tapi Jarak Menjauh (3)

24 April 2024   16:50 Diperbarui: 24 April 2024   16:58 120 5
Cinta Bersemi, Tapi Jarak Menjauh

Setelah selesai berdandan, Talisa duduk di meja bupet di kamar hotel. Dia merasa malas untuk keluar karena cuaca di Kuta lumayan panas. Talisa membuka korden kamar. Ia memandang ke selatan. Dilihatnya pantai kuta yang sangat eksostik. Hamparan pasir putih dan air laut yang tenang tambah menggoda hatinya untuk bisa bermain di situ.

Sambil memakan camilan dan susu hangat, Talisa membayangkan andai Faldo ada di sini, pasti ia akan memberanikan diri untuk mengajaknya jalan-jalan.

Waktu terus berlalu. Talisa merebahkan tubuhnya di kasur. Jenuh ia rasakan sendirian. Talisa melirik jarum jam di hpnya. Sudah jam 5 sore. Pikirannya sedikit galau mengapa Faldo belum datang membawa lukisan.

Talisa menenangkan hatinya dengan menonton tv. Dicarinya jaringan fashion, sesuai dengan kesukaannya. Talisa melihat hpnya menyala. Ia bergegas mengambil. Ternyata ada telpon dari Faldo.

"Esa, aku sudah berangkat. 20 menit aja aku nyampe."

"O ya, Mas Faldo. Aku tunggu. Ingat hotel Paradiso. Aku akan menjemputmu di loby hotel."

"Ya, makasi. Sampai jumpa."

Hati Talisa berbunga-bunga. Ia berdandan. Beberapa kali bergaya di depan cermin untuk meyakinkan diri.

 Talisa kemudian bersiap turun lewat life.

Talisa duduk di sofa loby hotel. Setiap saat Ia melihat hp digenggaman. Sebuah taxi berhenti. Seseorang sedang memegang bingkai. Talisa yakin itu Faldo. Benar saja. Baru menoleh Faldo menjulurkan tangannya. Talisa menyambut sambil senyum.

"Sudah lama menunggu? Tadi agak macet di by pass Ngurah Rai. Mungkin ada tamu negara yang datang." Kata Faldo sambil membenahi topinya.

"Ndak juga Mas. Bisa bawa sendirian lukisannya?"

Faldo menganggung. Mereka menuju life. Talisa sedikit heran, Faldo datangnya tetep gaya gitu. Rambut dibiarkan seakan acak-acakan. Itu tuh, celananya ada bercak cat. Bajunya lagi, kayak nggak layak dipakai. Memang gini ya gaya seniman? Pikir Talisa.

"Yuk, ini kamarku udah nyampe. Mana lukisannya aku bawa masuk. Bentar tak buatin kopi. Ada kok Mas. Jatah dari hotel."

"Makasi. Aku duduk disini, sambil merokok." Faldo duduk di balkon. Perasaannya nggak karwan. Jujur baru kali ini ia ada rasa jatuh cinta. Soal gadis yang jadi model, tak terhitung banyaknya. Tapi Talisa?

"Mas Edo, silahkan minum kopinya. Aku mau nelpon Mama dulu. Bilang lukisan sudah datang." Talisa masuk ke kamar dan menelpon Mamanya. Sekalian minta ijin jalan-jalan sama Faldo ke pantai.

"Ma, Talisa minta ijin jalan-jalan sebentar sama Faldo yang pelukis itu ya. Kan pantainya deket."

"Kamu percaya sama dia? Mama sih ok aja. Cuman hati2 ya."

"Ya Ma. Makasi."

Talisa keluar kamar. Dilihatnya Faldo sedang menikmati kopi. Asap rokoknya mengepul.

"Mas Edo. Dikitin merokok ya. Nanti kamu sakit. Bisa ndak Kamu anterin aku ke pantai sebentar. Ini kan belum sore banget. Paling jam 5."

"Tapi tidak lama ya. Aku harus balik malam ini. Ada pesenan lukisan yang harus selesai besok."

"Ok, bentar aku mandi dulu." Talisa sangat senang. Sama dengan Faldo, kok ada rasa yang sulit dia katakan melintas di hati Talisa.

Entah karena penasaran lama menunggu, Faldo tiba-tiba membuka pintu kamar.

"Mas Edo..., iiih, besok-besok kalau masuk kamar orang apalagi perempuan bilang-bilang dong. Syukur Isa udah pakai baju lengkap." Kata Talisa sambil bercanda.

"Apa aku tidak boleh melihat?"

"Uuuh..., mulai canda ya. Boleh sih. Tapi saat aku sudah selesai."

"Kamu beda hari ini Isa. Cantiik...banget." Faldo mulai berani mengutarakan maksud hatinya.

"Ah, ngaco...yuk kita turun. anterin Isa ke pantai."

Merekapun turun lewat life. Suasana pantai mulai terlihat gelap membuat Faldo dan Talisa sangat menikmati karena sinar lampu remang-remang sudah mulai menyala di banyak tempat di pantai Kuta.

Memang pantai yang indah, hingga bertebaran cafe dan sejenis tempat istirahat. Butik penjual pakaian dan asesoris juga unik dan apik penataan.

Kedua pasangan, Faldo dan Talisa semakin menemukan kebersamaan rasa. Mereka sepakat akan menyirami cinta, agar bisa bertumbuh.

"Talia, ini sudah malam. Aku harus balik ke Ubud. Aku sungguh ingin menjadi kekasih buat Isa."

Talisa terdiam, tapi ia harus ikhlas menerima. Mereka bergandengan menuju kamar hotel.

"Sudah ya Isa. Semoga kita bisa saling menjaga walau berjauhan. Saatnya nanti pasti kita bertemu."

Faldo memeluk Talisa. Talisa seakan tidak mau melepas kepergian Faldo. Ia ingin hari-hari sepi karena kesibukan orang tuanya berbisnis diisi oleh kehadiran Faldo.

Bisakah mereka menjaga jalinan cinta suci ini. Hanya putaran waktu yang mampu menjawab.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun