Di usia senja sekali lagi
Aku injakkan kaki di kota Jakarta
Mungkin yang terakhir
Tidak ada yang berubah
Jalanan padat merayap
Langit seperti gelap seperti mau hujan
Itu konon tidak cuma polusi terlewat ambang
Gedung pencakar menutup jarak pandang
Mampir di tanah Jakarta
Hampir tak ada jengkal tuk bersenda gurau
Lalu lalang penghuni seperti bisu terbungkus sibuk ambil kerja
Menyusuri pasar tradisional
Tukang bakul memikul bawang
Jual beli terlihat beragam
Sampah plastik berseliweran
Bajay terlihat berebut penumpang
Pergi ke Monas
Berkunjung diantar mobil jemputan gandengan
Menunggu bisa naik
Perkiraan jam 2 sore baru bisa
Tak jadi buat kenangan
Beralih menikmati Taman Mini
Tidak banyak yang berubah
Bahkan terkesan tak berkembang dan kurang terurus
Mungkin karena anak muda tak suka yang kuno
Akhirnya meluncur ke Ancol
Sea word pastilah paling menarik
Berbagai atraksi ikan nan indah
Hanya beberapa tempat kuliner
Seperti liar rumah hantu
Itulah Jakarta
Yang ku tahu terakhir.