"Ngapain lu lihat-lihat aku. Emang ada yang aneh?" Alesa membuat Junet gelagapan. Junet tak mengira mata Alesa tidak setajam mata elang. Padahal Junet hanya melirik dalam hitungan detik. Itupun kepalanya Junet rasa tidak bergerak.
"Aaa..nuu, aku sesaat ada nyamuk di pipimu."
"Truuus, kamu mau ngusir nyamuk dengan menamplak pipiku ya?"
Uuuh, Alesa tidak tedeng aling-aling bicara. Dia nyerocos saja. Kalau saja ada orang lain di kantin sekolah, pastilah jani rame. Syukur hanya Mbah Sum yang jualan di kantin.
Alesa langsung bancut dari tempat duduk, meninggalkan Junet sendirian. Junet merasa tidak enak dengan sikap Alesa seperti itu.
Tapi, gimana Junet bisa marah, karena ia sudah lama memberi perhatian sama Alesa. Cuman Alesanya licin kayak belut. Lagian Alesa terkesan tidak sedikitpun menaruh perhatian kepada Junet.
Mungkin waktu bicara lain. Tiga hari setelah peristiwa di kantin. Alesa mengalami musibah di belakang sekolah. Biasa lah. Anak SMA pasti soal rebutan pacar.
Entah siapa yang memberi kabar burung, Alesa digosifkan merebut pacarnya Liza. Kontan saja kabar ini cepat meluas.
"Alesa, kamu perempuan tidak tahu diri. Kalau mau ngerasa cantik, ngapain rebut pacar orang? Cari dong lelaki sesuai seleramu."
"Iih, mentang-mentang. Siapa yang ngerebut pacar orang? Apalagi pacar kamu yang tampang picisan." Jawab Alesa dengan suara bergetar. Ia berusaha menahan amarah dalam hatinya.
"Nggak usah banyak omong. Mari ikuti aku kebelakang sekolah." Liza menantang Alesa. Alesa pun mengikuti jejak Liza.
Tampak dari tempat yang tidak jauh, Junet memperhatikan gerak-gerik Alesa dan Liza. Ia sedikit curiga. Diam-diam Junet mengikuti langkah mereka.
Benar saja. Dari tempat yang cukup jauh Alesa dan Liza kedengaran bertengkar. Junet merasa curiga kok ada suara Nanok di sana? Apakah ini akal-akalan Nanok biar bisa memeras Alesa dan Liza?
Tak berselang lama, terdengar Alesa menangus dan aduh-aduh. Junet tak ingin terjadi hal fatal sama Alesa. Dia berlari. Dalam hitungan 5 langkah Junet susah sampai.
"Haii, apa-apaan kalian. Berhenti. Dan kamu kok ada disini Nanok? Dengan gerak cepat pukulan Junet mengenai dada Nanok."
Nanok mengambil aba-aba. Tapi sekarang Alesa yang teriak.
"Hentikan...hentikan. Aku tak mau ada kekeran." Alesa teriak sambil memegang lengan Junet.
Junet terdiam. Ia terus meminta Nanok menjelaskan apa sebenarnya terjadi.
"Junet, masalah pokok sebenarnya rasa cemburu Liza karena Alesa merebut pacar Liza. Aku di sini hadir karena diminta Liza kalau ada apa-apa."
Junet menarik nafas setelah mendengar cerita Nanok.
"Alesa, bener apa yang dikatakan Nanok, kamu merebut pacar Liza."
Bukan kata yang keluar. Tapi air mata Alesa mengalir deras. Ia senggugukan. Mungkin menahan kesal yang mendalam.
"Sumpah. Aku bersumpah dihadapan kalian. Secuilpun Aku tak terbersit merebut pacar orang. Aku sampai sekarang hidup sendiri. Tidak ada nama cinta di hatiku."
Setelah berucap begitu, Alesa terduduk menangis sambil menjabak rambutnya. Nanok dan Liza saling pandang, lalu meninggalkan tempat itu.
Tinggalah Alesa dan Junet. Hanya terdengar tangisan Alesa. Junet merasa enggan berucap. Ia takut Alesa tersinggung.
Tanpa ada tanda, Alesa berdiri dan langsung memeluk Junet.
"Maafkan Aku Jun. Maafkan Aku Junet." Kata Alesa berulang.
Junet bingung dipeluk erat oleh Alesa. Namun Junet membiarkan dan menimpali pelukan Alesa.
Alesa memandangi Junet.
"Maafkan Aku Junet. Aku terlalu angkuh selama ini. Tapi Kamu tidak tahu perasaanku. Aku mencintaimu Junet. Cuman Kamu yang tak mau bicara. Apakah wajar perempuan memulai?"
Hati Junet bergetar. Benarkah apa yang dia dengar?
"Alesa, aku minta maaf atas semuanya. Aku juga sangat mencintaimu. Tapi Kamu perempuan yang serius. Aku takut mengganggumu."
"Tapi mulai sekarang Aku milikmu Junet. Aku cinta dan sayang kamu."
Junet membalas sambil mengeratkan pelukannya. "Aku juga cinta dan sayang kamu Alesa."
Begitulah cinta Alesa dan Junet menemukan tempatnya. Cinta itu memang misteri.