Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Apakah Dia Menaruh Bunga Mawar Itu

17 April 2024   06:39 Diperbarui: 17 April 2024   06:57 99 7
Seikat Bunga Mawar (2)

Syukur hari ini kendaraan lumayan sepi, sehingga Diana bisa lebih santai mengendarai mobilnya. Sambil menikmati lagu memori, ia belum juga bisa melupakan seikat bunga mawar itu.

Seperti biasa Diana berada di depan laptop. Ia meyakinkan data-data yang masuk dalam proses lelang maupun ekspor diperusahannya berjalan maksimal dan klear.

Waktu makan siang telah tiba. Diana biasa melepas penatnya di rumah makan tidak jauh dari kantornya. Cukup waktu dua puluh menit Diana sudah sampai di rumah makan. Dia biasa mengambil tempat duduk di pinggir biar bisa menikmati kebun sekitar.

Sebelum pesanan makanan datang, Diana biasa memesan jus strauberi kesukaannya.

"Bu, ini es jusnya. Silahkan dinikmati." Kata pelayan.

"O ya. Terimakasih."

Baru saja perkataan itu terucap, tiba-tiba seorang laki-laki berdiri di depannya. Tampilannya lumayan. Tinggi kisaran 174cm, kulit tidak terlalu putih. Berbaju putih celana kasual crem kecoklatan dan kaca mata sedikit terlihat gelap.

"Boleh saya duduk di sini? Lelaki itu menunjuk tempat di samping Diana.

"Silahkan."Diana menjawab pendek. Dia tidak ingin terpancing dalam emosi perasaan untuk lebih mengenal lelaki itu, walau jujur Diana sedikit kesemsem.

Dengan sigap lelaki duduk. Rupanya ia grogi juga. Syukur pesanan minum dan sebuah humberger ada dihadapannya. Lelaki itu mengambil es jeruk, lalu meminumnya.

"Maaf ya, belum menawarkan kepada Nona." Lelaki itu berusaha melawan groginya.

Diana tak enak juga membiarkan suasana. Ia kemudian menjawab.
"Tidak apa-apa pak. Silahkan dinikmati." Kata Diana, sambil sedikit melempar senyumnya.

Lama saling tak bersuara, rupanya lelaki itu sadar, bahwa ia harus memulai pembicaraan, walau ia sengaja merapat masa lalu.

"Maaf, Nona. Saya masih singel. Kalau bisa mohon jangan bilang Bapak. Panggil saja Mas."

"Oo, maaf ya Mas. Saya salah ucap."

"Kalau tidak salah Nona dulu SMA nya di SMA 42 ya? Kalau tidak salah IPA 2." Lelaki itu membuka pembicaraan.

"Kok Mas tahu? "Diana mulai curiga kepada lelaki disampingnya. Jangan jangan..ah, tidak baik menduga.

"Saya alumni di SMA Jakarta juga. Tamatan tahun 2010." Sambung lelaki itu.

Kecurigaan Diana makin memuncak. Lelaki itu bisa-bisa teman sekolah dulu. Mungkin dia beda kelas saja.

Namun karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.20, Diana harus bergegas ke kantor lagi. Jam kerja siang dimulai pukul 13.00.

"Mas, saya duluan ya. Saya harus ke kantor lagi."

"O, silahkan. Aku menanti."

Diana menuju tempat parkir. Lagi-lagi dia harus menjawab misteri lelaki itu. Perkataan "Aku menanti" membuat pikirannya sedikit kacau. "Apakah lelaki itu akan mengobati kebencianku selama ini?" Pikir Diana.

Malam ini misteri demi misteri yang terjadi membuat Diana sulit memejamkan matanya. Ada apa dengan bunga mawar? Siapa lelaki itu? Begitu menghujam walau lelah akhirnya memaksa Diana tertidur

Keesokan hari, saat Diana terbangun, Ia terbawa oleh hidup dalam kesendirian selama ini.
Walau usianya sudah pantas menjadi istri, namun karena pernah kecewa oleh laki-laki, akhirnya ia sangat membenci lelaki. Cuman kehadiran lelaki di rumah makan krmarin, sedikit membuat perasaannya bergetar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun