HSerpihan Hati yang Terluka
Saat-saat menjelang hari raya seperti sekarang, keinginan Mayang untuk bertemu dengan kekasihnya, sangat mengusik kerimduannya. Betapa tidak setahun hari raya telah berlalu, Mayang belum mendapat kepastian bagaimana Agung masih berharap akan cintanya.
"Mayang, cinta bukan soal harta. Cinta adalah kasih sayang. Dan Aku sangat mencintaimu." Kata-kata Agung dipertemuan terakhir selalu terngiang dipikiran Mayang.
Mayang dari awal sudah mengatakan kepada Agung, bahwa perjalanan cinta yang mereka jalin akan mendapat batu sandungan yang berat. Betapa tidak, kondisi kehidupan mereka sangat berbeda. Mayang hanyalah perempuan yang hidup dalam kubangan kemiskinan. Ayahnya seorang tukang parkir di pasar. Sementara ibunya ikut berjualan di emperan pasar tersebut. Ayah, ibu, Mayang, dan satu adik laki-laki Rido, tinggal disebuah rumah kontrakan yang hanya satu kamar. Hanya saja kamar tersebut berisi emperan. Emperan tersebut dikurung untuk tidur Mayang, dan Rido adiknya.
Namun tempat itulah yang mempertemukan Agung dengan Mayang. Agung mahasiswa kedokteran yang kebetulan sedang melaksanakan penelitian tentang pola asuh anak bagi keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan. Keluarga Mayang menjadi salah satu sampel. Entah siapa yang memulai, pertemuan beberapa kali Mayang dengan Agung, justru menyebabkan Agung jatuh cinta dengan Mayang. Wajar saja, Mayang perempuan yang cantik dan soleha. Mayang harus rajin membantu orang tuanya. Dan setiap ada kesempatan Agung pasti mampir kewarung ibunya. Walau terbersit dalam pikiran, Mayang juga mencintai Agung, tapi Mayang menghapusnya dari ingatan. Sampai akhirnya jejak Mayang dan keluarga tidak diketahui oleh Agung karena Mayang harus berpindah keluar kota untuk mencari tempat kerja dan kontrakan rumah yang baru. "Sebentar lagi Idhul fitri kan datang. Adakah Agung masih tahu serpihan hatiku yang terluka?" Kata hati Mayang sambil mengusap air matanya.