"Regina, sebentar lagi kita akan berpisah. Apalagi kita tidak tahu dapat di kampus mana." Ungkap Jefry disela mereka istirahat siang di kantin sekolah.
Regina tidak mengerti dengan perkataan Jefry. "Apa hubungannya dengan diriku?"pikir regina sambil minum es jus melon kesukaannya.
Jefri juga jadi salah tingkah. Ia heran kenapa sih keluarin kata-kata seperti itu? Apa ada yang salah ya? Memang tidak seperti biasa, Jefri susah sekali mengawali berucap dengan perempuan. Apalagi dengan Regina, karena lama Jefri menaruh hati dengan Regina.
"Mm.., maksudku, pasti kita akan rindu masa-masa SMA." Jefri rada berat menggali kalimat itu.
"Ooo, itu toh maksudmu. Iya sih. Apalagi 3 tahun kita berteman."
Entah dari mana Linda datang. Truss..nyeruduk dengan ledekanya.
"Eee.., kalian berdua sedang punya rencana besar ya. Jangan sembunyi gitu dong!" Linda menjewer pipi Regina hingga sedikit merah.
"Iih, apa-apaan nih Lin. Kamu ada aja."
"Aah, jangan sembunyi di balik udang. Eee..maaf. Ada udang di balik batu."
"Ngaco kamu Lin. Emang gayamu begitu. Kalau tidak dapat ngeledekin orang, pasti bibirmu cemberut."
"Iya deeh..Galih dan Ratna. Kagak ada yang ngerebut kok."
Sampai disitu Jefri bengong terdiam. Emang ledekan Linda sering mengena. Orangnya ceplas-ceplos, dan sangat dekar dengan Regina.
*****
Bel masuk kelas berbunyi. Linda seenaknya memegang tangan Jefri dan Regina. Seolah ia menjadi ceti buat mereka berdua. Jefri dan Regina sebenarnya merasa malu. Malu dilihat sama-sama temennya. Tapi apa boleh buat. Kalau Linda tidak dituruti kemauannya, pasti ledekannya bertambah keras.
Sesampai di dalam kelas, tak disangka Linda bukannya tambah diam, tapi dia ngeledek lagi dihadapan siswa lain.
"Hai..teman-teman! Pasangan baru ini tadi terciduk. Cuman aku yang melerai."
Yaah, namanya seisi kelas, suara uuuuh, dan tepuk tangan jadi bergemuruh. Kelihatan pipi Regina memerah karena rasa kesel dan malu. Sementara Jefri senyum-senyum saja.
Begitulah pelajaran terus berlangsung. Tidak ada yang berubah dari kelas 9 IPA1. Mereka memang banyakan siswa pintar dan serius belajar.
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua sore. Bel pulang berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas. Mereka ramai dihalaman sekolah menuju tempat parkir. Sementara Regina menunggu jemputan. Regina memang sudah bisa naik motor, tapi sementara dilarang oleh orang tua kecuali terpaksa.
"Gina, belum ada jemputan." Tanya Linda di atas motornya.
"Belum Lin. Bentar lagi pasti datang."
"Yuuk sama Aku aja. Atau sama Romeo kamu. Tuuh.., lihat dia menunggu."
"Linda.., Linda. Kalau Kamu tak dapat candain Aku, kamu tidak puas ya." Kata Regina sambil mengambil kunci motor Linda.
"Sini kunci motorku. Please." Kata Linda sambil memelas.
Tidak berselang lama Jefri mendekati Regina dan Linda.
"Kenapa ini? Motormu mati ya Linda?"
"Ndak kok, Jef. Nih.., tadi Aku disuruh nganter Regina. Tapi Aku tak mau. Kunci motor Aku disita sama kekasihmu. Kamu antar aja ya Jef?"
Jefri terdiam. "Pasti ini akal-akalan Linda.
"Maaf, Aku buru-buru ya. Kalian berdua tunggu jemputan dulu." Jefri menghindar, dan meluncur pergi.
Regina dan Linda terdiam.
"Na, rasain kamu Lin. Pancingan Kamu ndak nyangkut. Emang Aku ndak ada apa-apa dengan Jefri." Regina terus menyerahkan kunci motor kepada Linda.
"Hmm.., awas kalau Aku ngerebut. Rasain.." kata Linda sambil minta ijin meninggalkan Regina.