"Hai putih kenapa kamu menangis di sini?"
Si putih belum bisa menjawab malah tangisannya semakin menjadi jadi.
"Hii hiii hiii, ibu ibu ibu!" ucapnya sambil memeluk gumpalan tanah.
Maaf yah, saya memanggil kamu si Putih karena bulu kamu putih. Ucap si Kuning.
Si Putih tidak menjawab dia terus aja menangis semakin keras. Sepertinya lagi sedih nih si putih. Guman si Kuning dalam hatinya. Â Biarkan aja dia menangis mungkin masih sedih nanti juga ada waktunya cape pasti berhenti.
Kurang lebih satu jam si Putih lama lama diam. Setelah diperhatikan ternyata dia tertidur. Mungkin merasa cape karena menangis terus.
Si Kuning mencoba mengambil daun pisang kemudian diselimutkan ke badan si Putih.
Kasian sepertinya si Putih kehilangan induknya. Dia merasa ditinggalkan oleh orang yang sangat mencintainya.
Tidak terasa suara ayam membangunkan, "Kukuruyuk kukuruyuuk!"
Si Putih membuka mata sambil daun telinganya nampak berdiri. Beberapa saat kemudian dia bangun melirik ke kanan dan ke kiri.
Setelah dia sadar memandang tumpukan tanah. Tak terasa air mata yang sudah mengering tadi keluar lagi membasahi pipinya.
"Bu Bu, Â aku dengan siapa?" ucapnya lirih.
"Kamu bersamaku sekarang!"
Si Putih kaget. Dia pun segera membalikan badan ke belakang ingin tahu siapa yang berbicara.
"Siapa kamu?" tanya si Putih.
"Aku si Kuning orang orang memanggilnya seperti itu" jawab si Kuning.
"Jangan takut aku akan menemanimu!" si Kuning mempertegas ucapannya.
"Kamu sepertinya sedih dan lelah, yuk ikut ke rumahku!" ajak si Kuning.
Perasaan sangat berat untuk meninggalkan tumpukan tanah. Â Si Putih bilang, "Kasian ibu sendiri di sini!"
"Kamu ikut aku dulu nanti kesini lagi. Kamu harus istirahat biar ibu kamu seneng lihat kamu tidak sedih!" ajak si Kuning sambil senyum dan memeluknya.
Si putih berdiri kemudian daun yang tadi dipakai selimut disimpan di atas tumpukan tanah ibunya. Sebelum meninggalkan dia bilang, "Bu aku pergi dulu yah nanti kesini lagi. Ibu bobo aja yah!"
Si Putih pergi menuju rumah si Kuning. Tiba di rumah si Putih diberi air teh hangat biar badannya tidak dingin. Setelah itu baru diajak untuk bersih-bersih.
Si Putih merasa bahagia dan lega karena ada dewa penolong pengganti ibunya. Walau usia mereka tidak jauh berbeda. Mungkin bisa dikatakan sebagai adik kakak.
Beres bersih-bersih si Kuning memberikan makanan yang masih hangat. Tidak terasa mungkin karena lapar si Putih tidak banyak bicara dia makan dengan begitu lahapnya.
Beres makan si putih bilang, "Terima kasih yah Kak sudah baik sama aku memberi makan dan mengajak ke rumah Kakak!"
"Sama-sama Putih, saya seneng ada kamu di sini kebetulan saya sendiri di sini. Ibu dan bapakku juga telah pergi satu tahu yang lalu.
"Kamu mau kan di sini menemaniku?" tanya si Kuning.
"Mau sekali Kak tapi aku jadi merepotkan Kakak!" jawab si Putih kelihatan bahagia.
"Insyaallah tidak merepotka, justru kakak seneng sekali!" ucapnya.
"Baik Kak, kalau begitu saya seneng sekali!" Â jawab si Putih.
"Nah sekarang kamu jadi adik saya, boleh kan?"
"Boleh banget Kak, Kakak bagaikan malaikat baik sekali sama aku, terima kasih Kak!"
"Sama-sama, kita saudara yah tepatnya adik kakak walau ibu kita berbeda?" Â
"Iyah Kak terima kasih!"
Tidak terasa terdengar suara azan memanggil untuk melaksanakan salat magrib. Sambil menarik nafas panjang si Kuning nampak bahagia karena ada si Putih yang akan menjadi adiknya.
"Putih boleh kah kakak memanggul kamu Puput?"
"Kenapa gitu Kak?"
"Kaka ingin memanggil kamu Puput karena bulumu putih bersih!"
"He he, boleh banget Kak nama yang sangat bagus!"
"Aku memanggil apa yah sama Kakak?"
"Kamu panggil aku Kak Ning aja yah karena buluku berwarna kuning he!"
"Baik, Kak Ning!"
"Put, tuh udah magrib kita wudu yuk kemudian salat berjamaah di aula!" ajak si Kuning.
"Baik Kak!" jawab si Putih.
"Oh Put habis salat jangan lupa berdoa untuk ibumu  yah!"
"Bak Kak Ning!"
"Tahu kamu doa untuk orangtua?"
"Lupa Kak, pernah ibuku mengajarkan tapi lupa!"
"Kalau lupa ikuti kak Ning yah ketika berdoa habis salat!"
"Baik Kak Ning!" Â
"Kak Ning diajarin siapa?"
"Diajarin ibu bapak tapi diajarin juga sama Pak Ustaz Dadan Hamdani di sekolah" Â
"Oh gitu yah Kak Ning?"
Kak Ning menjelaskan kepada Puput bahwa doa anak salih salihah yang akan sampai kepada ibu bapaknya yang telah meninggal. Kalau ibu bapaknya ingin bahagia di alam sana maka anaknya harus mendokan minimal sehabis salat 5 waktu.