Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Gurun itu hati

19 Maret 2013   03:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:31 96 2
Kulihat Dia dalam SakratNya? Benarkah itu Dia? Kenapa aku bisa melihatNya? Saat Dia sendirian, ditinggalkan, dan lemah. Samar kudengar suaraNya berbisik pada BapaNya, kenapa Dia ditinggalkan?

Itu memang Dia: Dia yang kupuja.  Berada hanya sebatas mata, begitu dekat tapi tak mampu kuraba. Kasihan, Dia sendirian.

Lalu aku berlari, Dia kutinggalkan. Tak kuasa kutatap mataNya atau rintih kehausanNya. Kupejamkan mataku, kuusir fenomena janggal ini, tak ingin menatapNya lebih lama lagi.

Kembali pada hidupku, yang penuh dengan hasratku. Kubenamkan dengan sejuta amarah, pada penebusan bodohNya. Hidupku yang suram, aku sendiri. Aku telanjang, aku terluka, aku lapar, aku dahaga dan aku sendirian. Kalau memang tlah nyata penebusan, kenapa ada penderitaan? Kenapa banyak doa tanpa jawaban? Aku kering dan penuh kebencian. Terkapar layu di gurun tak berkawan.

Lalu bayangan itu melintas lagi. Dia dalam sakratnya. Juga lapar, dahaga, telanjang, terluka dan sendirian. Tapi kepasrahan pada cawan yang harus ditegukNya, pemberian BapaNya. Aku terjaga, dari sejuta marahku. Aku sadari bebanku yang kubuat sendiri juga menambah tusukan lukaNya. Ternyata aku tak sendiri, ternyata aku yang menempa gurunku sendiri. Aku menghindar dari kehangatan dan terikat dengan kemampuanku, egoku dan kesombonganku. Penebusan itu nyata, aku yang bodoh, tak mampu melepaskan pandanganku dari pintu salah yg Dia tutupkan, agar aku tak salah jalan.

Aku bergegas, berlari. Menghindar dari gurun yang tak bertepi. Sebab gurun itu hati! Aku kan kembali, karena karyaNya, yang kan jadikan gurun itu savana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun