Mungkin saya memiliki kesempatan lebih dulu dari teman yang lain dalam mencicipi makanan lokal ini yaitu di hari ke-3. Jadi saya dan singgih diundang makan siang di rumahnya mas Alvin. Ada cerita lain saat saya berada di rumahnya mas Alvin. Maaf, agak menyinggung tentang politik dan saya tidak tertarik dengan politik. Jadi sebelumnya, saat saya dan Singgih akan berangkat berkeliling stasiun cuaca (Pengalaman Mengukur Data Cuaca Kawasan Batu Hijau) sempat ada obrolan ringan tentang politik. Pak Moyo pendamping kami ini adalah pendukungnya Jokowi. Pokoknya beliau membangga-banggakan tentang Jokowi. Nah, saat di rumah Mas Alvin, ternyata ibunya mas Alvin ini sangat tertarik dengan dunia politik. "Daripada nonton sinetron srigala-srigala begitu, mending nonton berita, bermanfaat" begitu katanya. Agak beda sih dari ibu-ibu kebanyakan yang lebih suka nonton sinetron. Dan saat ditanya ia dukung siapa, dengan tegasnya ia bilang "Saya dukung Prabowo, apa itu Jokowi, bla bla bla... sebenernya saya pendukung berat ibu Mega tapi Jokowi itu..." kata ibu mas Alvin. Lalu bagaimana perasaan pak Ismoyo yang mendukung pak Jokowi? "Iya bener bu, Jokowi seperti ini, itu, lalalala..." dengan senyam senyum. Kami pun ikut senyam senyum karena tahu tadi pak Moyo juga menggebu-gebu membicarakan Jokowi. Dengan bahasa inggris pak moyo bilang, "iya-iyain aja, nanti ngga boleh makan di sini lagi". Hihihi
Sambil menyantap singang yang sedap itu, Pak Moyo sempat menyinggung-nyinggung kepada Ibu Mas Alvin "Bu, Kapan Alvin melamar?". "Yaa, itu dia, rumah sudah disiapkan, tanah juga sudah dijual, tinggal tunggu calon dari Alvin saja" begitu kata Ibu mas Alvin. Mas alvin hanya senyam senyum. Ternyata, walaupun bukan di ibukota, biaya menikah di Sumbawa ini menjulang tinggi bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta. Memang disana budayanya harus meriah. Ada "prestige" disana. Kalau di Bogor, ada peribahasa "Biar Tekor Asal Kesohor" biarkan saja merugi, asalkan bisa terkenal.