Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Semoga Engkau Memaafkanku, Sobat. .

29 Agustus 2012   13:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:10 144 1
Pagi ini di hari ulang tahun saya, saya mendapat email yang malah membuat saya bermuram durja: email itu adalah balasan email maaf lahir batin yang saya kirimkan pada ketiga sahabat dekat saya. Salah satu dari ketiga sahabat itu telah hampir dua tahun memutus komunikasinya dengan saya, dan pada email itulah satu sahabat yang lain menuliskan 'dosa-dosa' yang telah saya perbuat, yang menjadi alasan putusnya komunikasi itu!

Sungguh saya terkejut, sedih dan kecewa. Selama ini saya tidak sadar bahwa tindakan yang menurut saya biasa saja, ternyata telah menyakiti hati sahabat saya itu. Selama dua tahun, saya menebak-nebak, tanpa pernah bertanya langsung, kenapa sikapnya berubah terhadap saya?

Seperti dugaan dan tebak-tebakan saya, salah satu kekecewaannya adalah karena saya tidak bercerita padanya bahwa saya sedang menjalin hubungan dengan seseorang, saya baru memberi tahu saat acara lamaran akan diadakan. Sungguh tidak ada maksud menyepelekan sahabat saya, saya hanyalah bukan tipe orang yang 'siaran' kesana-kemari saat suatu hal masih sangat dini dan belum jelas muaranya.

Saya semakin sedih saat diberi tahu, salah satu kekecewaannya yang lain adalah karena berita kelahiran anak pertama saya didengarnya dari email seorang lain --teman kuliah saya yang pria, yang notabene bukan sahabat dekat--, di milis angkatan kuliah kami. "Seharusnya kamilah, sahabat dekatmu, yang mengirim email tentang kelahiran anakmu, dan bukannya orang lain." Jika sahabat saya sampai kecewa karena hal itu, mungkin karena dia tidak mengetahui, bahwa saya tidak pernah sekali pun memberi kabar pada orang lain di hari pertama saya melahirkan. Mungkin teman saya begitu kecewanya, sampai lupa bahwa mungkin saja yang memberitahukan kabar bahagia tersebut adalah suami saya, yang kebetulan bekerja di tempat yang sama dengan teman pria yang mengirim email tersebut. .

Walaupun menjadi sedikit sedih di hari ulang tahun saya, ada beberapa pelajaran dan hikmah yang saya petik, bukan hal baru sebenarnya:

1. Selalu "bersama" Tuhan dalam segalanya.

Saya akan berusaha selalu berdoa, mohon dibimbing oleh Tuhan, mohon agar segala tindakan saya diridhoi dan ada hikmahnya, mohon dilancarkan agar bisa melakukan yang terbaik, dan selanjutnya berserah diri kepada Tuhan. Jika dari tindakan itu lalu muncul masalah (seperti yang saya alami ini), saya bisa yakin bahwa itu atas kehendak Tuhan, dan selalu ada hikmah yang bisa diambil.

2. Memahami bahwa setiap orang memang berbeda, dan ini bukan masalah benar atau salah.

Konflik terjadi karena sudut pandang yang berbeda. Dalam kasus saya, teman saya kecewa atas suatu hal yang menurut dia "hal besar", sedangkan saya tidak merasa salah karena menurut saya itu "hal biasa". Tidak ada siapapun yang salah di sini, yang ada hanya cara pandang yang beda, dan idealnya semua pihak berusaha memahami cara pandang yang beda tersebut.

3.  Mencoba menempatkan diri pada peran orang lain.

Jika kita sudah paham tentang perbedaan cara pandang yang mungkin terjadi, mencoba menempatkan diri pada peran orang lain membantu kita bertindak lebih bijak. Selama dua tahun ini, saya tak pernah mau bertanya langsung pada sahabat saya, karena ego saya, yang menganggap saya tidak melakukan kesalahan apapun. Kini, saya mencoba membayangkan bagaimana kekecewaan sahabat saya, dan saya memahami bahwa bagi orang yang perasaannya sensitif seperti dia, tindakan saya tentulah sangat menyakitkan hati. Baru saat ini lah saya dengan tulus mengakui bahwa saya mungkin pernah mengecewakan dirinya, dan saya meminta maaf atas kesalahan saya itu. Ini salah satu pelajaran yang mungkin juga berguna untuk kehidupan rumah tangga. :)

4. Berkomunikasi

Selama dua tahun ini, tak pernah sekali pun saya mengkomunikasikan pertanyaan saya terhadap putusnya tali silaturahmi ini, saya hanya menebak-nebak dalam hati. Sungguh hal itu membuat pertemanan saya semakin runyam. Untunglah hari ini saya dapatkan hikmah tersebut, dan akhirnya saya tanyakan tentang hal apa yang membuat sahabat saya menjauhi saya. Tak lupa saya ucapkan maaf dengan tulus, sambil saya komunikasikan juga bahwa saya pun kecewa dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba.

Semoga ketulusan maaf saya dapat ia terima, dan semoga Tuhan berkenan membuka hatinya untuk saya :).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun