Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Masih Menunggu Usia-Mu

6 Juli 2010   01:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:04 356 0
Nuryanto Priscisilla

Saya, adalah seorang kakek tua yang berumur 70 Tahun. Nama saya adalah Daniel. Biasanya saya dipanggil Niel. Saya mempunyai teman akrab yang bernama Yoseph. Suatu hari Yoseph berkata kepada saya “Niel!! Wah, kamu makin hari makin tua saja…”. Saya maklumin saja perkataan dia, karena memang benar apa adanya yang dia katakan.  Maklum saja, umur saya yang sebenarnya adalah sama dengan Yoseph yaitu 8 Tahun. Saya yang sekarang ini terkena suatu cairan yang bernama OLDFAN. Cairan kimia itu mengenai diri saya, sehingga fisik dan perawakan saya berkembang semakin cepat, tidak sesuai dengan proses pertumbuhan yang normal. Saya sekarang ini hanya menunggu dua minggu saja, bahkan bisa kurang dari dua minggu. Setelah itu hidup-ku akan mencium bau tanah. Peristiwa ini terjadi sebelum dua minggu dari hari ini.

Perkenalan

Saya, adalah niel-------- Umur saya sekarang adalah 8 tahun. Saya bersekolah di sekolahan swasta, yang tidak jauh dari rumah. Saya mempunyai keluarga, teman ,dan orang-orang di sekitar yang terdiri dari :

“ Ayah-ku” : Ayahku adalah seorang guru di sekolahku. Dia sebagai guru olahraga khususnya permainan bola keranjang atau biasa disebut basket.

“ Ibu Tiri-ku” : Dia biasanya mengurusi rumah tangga : Mencuci, Membereskan Rumah,  menyiapkan pakaian dan makanan untuk saya, anak-nya(adik saya), dan ayah-ku. Saya sangat membenci ibu tiri saya. “Karena dia telah mengambil kehidupan ibu saya dari hidup-ku, dan karena dia sekarang ayah-ku sudah melupakan ibu kandung-ku yang telah meninggal”. Sebenarnya ibu tiri-ku sangat baik kepada saya. Dia menyiapkan segala hal keperluan saya ke sekolah. Dan dia tidak pernah marah ketika saya membuat onar : Menaruh katak dalam makanan yang dia sajikan sampai dia kaget dan ketakutan, dengan sengaja menjatuhkan piring sewaktu makan, main-main dengan makanan yang dia sajikan, dan tidak pernah lansung pulang rumah ketika sehabis pulang sekolah. Bahkan bisa berhari-hari tidak pulang. Tapi dia tetap sabar menghadapi saya.

“ Adik saya” : Sebenarnya dia bukan adik kandung saya. Dia adalah anak dari ibu tiri saya. Saya dan dia sangat kompak, saya perlakukan dia tidak seperti sikap saya kepada ibunya. Umur dia 2 tahun lebih muda dari saya. Saya sering ber-adu pala dengan dia sewaktu saya baru pulang. Itu salam atau kode kami ber-dua.

“ Yoseph” : Yoseph dia adalah teman satu sekolahan saya, cuma dia dan saya berbeda kelas. Dia dan saya sangat akrab dan biasanya kami sering ngobrol bahkan curhat persoalan yang gak jelas. Dia orangnya sangat bongsor, dan dia adalah seorang pemain basket. Teman satu team dia sangat membenci dia dikarenakan badan-nya yang terlalu besar sehingga mereka menilai dia cuma jadi batu sandungan team. Mereka selalu buat iseng ke Yoseph tapi Yoseph tidak pernah membalasnya.

“ Ibu Guru Anita “ : Dia adalah wali kelas saya. Saya sangat menyukai dia, karena dia sangat mirip dengan ibu saya terutama kuping dia yang ada tahi lalat-nya. Biasanya saya dan Ibu Guru Anita suka curhat satu sama lain.

“ Kepala Sekolah” : Tidak ada yang khusus mengenai dia.

Bagian Awal

“Bagian awal”, kalau itu bagian awal untuk memulai berubah itu sangat bagus. Tapi kalau bagian awal itu bagian yang kamu sesalkan, karena jalan yang kamu pilih salah dan kamu tidak bisa kembali. Hal itu akan menjadi penyesalan yang tidak ada gunanya. Namanya juga nasi sudah menjadi bubur. Awal kisah, suatu hari ayah-ku memanggilku untuk ke ruangan-nya. Ayahku berkata kepada saya. ”Kamu tahu tidak hari ini adalah hari khusus. Ibu Amanda (Nama Ibu Tiriku) hari ini berulang-tahun. Jadi ayah memohon kamu, jangan membuat masalah lagi dan ayah mau kita berkumpul bareng. Sehabis pulang sekolah kamu jangan kemana-mana ya”. Saya dengan ketus menjawab “Ngakk!!!”. Ayahku mengasih saya uang Rp 50.000 (Wah, itu uang yang besar untuk anak seusia saya) dan dia berkata. “Niel, ini ada uang untuk kamu, tapi kamu harus dengarin ayah-ya”. Dan saya menjawab “Ok” lalu saya saling mengkaitkan tangan kelingking saya dengan ayah. Itu biasanya kami lakukan sebagai tanda janji dan ayah-ku sering menyogokku dengan uang agar saya jangan membuat ibu tiri-ku susah dan tidak nyaman.

Di rumah semua anggota keluarga sudah kumpul dan kami semua merayakan ulang tahun ibu tiri-ku. Ayahku memberikan kue tart dan menyuruh ibu tiri-ku untuk meniup lilin-nya. Ibu tiri-ku sangat senang sekali, lalu dia meniup lilin-nya. Lilin-nya tidak padam-padam ketika dia meniup-nya terus-menerus. Lalu saya ketawa cekikan, sambil berkata itu lilinya sudah saya ganti dengan yang tidak bisa mati.

Ayah-ku mengomeli diri-ku, “Bukannya tadi kamu bilang, kamu tidak akan iseng lagi terhadap ibu mu. Sekarang apa yang kamu lakukan. Apa kamu tidak punya sopan-santun?. Jika kamu tidak anggap dia sebagai ibu-mu, tapi anggaplah dia sebagai orang yang lebih tua dari-mu”. 

Ibu tiri-ku berkata kepada ayah-ku : “Sudahlah!! biasa kalau masih anak-anak seperti itu, jangan dibawa ke hati. Hari ini hari ulang tahun-ku, marilah kita rayakan”.

Ayah-ku berkata kepada saya : “Lihat dia, apa yang telah kau lakukan terhadap dia, tapi ibu-mu masih berusaha untuk memahami diri-mu”.

Saya hanya terdiam sembari cengegesan sambil mendengar semua hal itu. Istilah-nya masuk ke kuping kanan ke luar ke kuping kiri.

Ayah-ku berkata : “Ya sudah, ayo kita lanjutkan ke acaranya. Mah!! Ini ada hadiah dari saya, hadiah-nya tidak seberapa”.

Ibu Tiri-ku berkata : “Makaci ya pah, untuk bajunya”.

Lalu saya berkata kepada  Ibu Tiri-ku.” Niel juga tidak lupa membawa kado buat Ibu Amanda. Maafkan saya ya bu, saya cuma ingin memberi sedikit kejutan saja”.

“Tidak apa-apa kok niel, ibu senang dengan hadiah yang niel kasih”. Kata Ibu-Tiriku.

“Ibu gak mau coba buka kadonya, kalau ibu gak buka berarti ibu masih benci ama niel”. 

“ Baik, ibu akan buka kadonya”. Srek-srek…….----------- Bunyi sobekan kertas kado. Sembari membuka ibu tiri-ku berkata. “Coba Ibu tebak!! pasti isinya pas foto, karena bentuk-nya gak asing. Berbentuk seperti  persegi panjang seperti ukuran pas foto. Atau ini baju seperti pemberian ayah, yang dimasukkin kedalam kotak”. Lalu ibu tiri-ku membuka kotak dan terkejutlah dia setelah kotak terbuka ternyata isinya badut yang keluar secara tiba-tiba.

Ibu tiri-ku saat ini marah-nya sudah tidak dapat dibendung lagi. Dia lalu menyeret tanganku, dan dia mengusir ku keluar dari rumah. Ayah, berusaha menghalangi ibu tiri saya yang sedang mencoba mengusir saya dari rumah, Tapi hal itu percuma saja, ayah-ku tidak berupaya menahan-nya secara keras. Ayah-ku berusaha untuk mengerti perasaan Ibu tiri-ku yang sudah meledak seperti kompor karena ulah-ku.

Setelah itu, saya berlari dan terus berlari sembari ayah saya mengejar saya. Secara tidak sengaja saya menabrak seorang paman yang sudah berumur tidak terlalu tua, ketika saya berusaha untuk sembunyi disamping tempat sampah.

Paman itu berkata “Yah, cairan-nya tumpah. Lihat nak, apa yang kamu perbuat”.

“Apa yang saya perbuat paman, Lagian itu cuma cairan yang tidak ada gunanya, Palingan itu air putih yang tumpah”. Saya sambil berbicara ketus.

“Yah, terserah kamu deh nak, Udah nabrak bukan minta maaf malah berbicara ketus”.

“Lagian ngapain kamu berlari-an dan ngumpat disini”.

“Iya paman, maaf karena saya telah menabrak paman”.

“Lagian saya tidak sengaja, karena saya dikejar-kejar ama ayah saya”.

“Ya sudah, paman balik dulu. Paman cuma ingin sampaikan!! Lebih baik kamu balik ke rumah, karena hanya keluarga-lah segala permasalahan mu, secara gundah-mu, segala duka-mu, segala dendam-mu pasti akan ada suka cita, kalau kita menggangap keluarga itu ada.

Akhirnya paman tua itu pergi meninggalkan saya di taman. Setelah itu nasehat paman sebelum dia pergi, tidak saya jalankan. Hari ini saya bermalaman di bangku taman, dekat dengan tempat tinggal-ku. Setelah saya bangun dari bangku taman, hal yang aneh terjadi. Saya melihat tumbuhan keluar dari selokan dan membuat tutup selokan hancur. Hal itu terjadi hanya dalam ringkup waktu 5 Jam. Saya sangat kaget bercampur dengan kekaguman, pohon yang tidak terkena sinar matahari, tidak dipelihara dan tidak disiram rutin dapat tumbuh menjadi pohon yang besar. Lalu saya berpikir, bukannya tadi cairan paman itu tumpah tepat di atas selokan atau tepat pada tumbuhan `yang tumbuh menjadi pohon besar.

Lalu saya berpikir, “Saya harus mencari paman yang tadi, pasti rumahnya tidak jauh dari taman ini”. (Sembari lihat-lihat di sekitar teman)

Lalu saya melihat sebuah kemah di sekitar taman. Saya penasaran dengan kemah itu. Saya yakin kemah itu pasti punya paman tua tadi, pasti rumah-nya tidak jauh dari taman ini. Ketika saya membuka kemah itu, saya terkejut melihat banyak botol-botol kimia di dalamnya.

Saya tidak tahu yang mana merupakan botol yang saya cari. Apa yang harus saya lakukan? (Sembari berpikir mencari jalan keluar).

Tiba-tiba terdengar suara :”Hei!! Kau anak yang tadi kan??? Apa yang sedang kau lakukan disini?? Masuk ke rumah orang, main asal masuk saja. Apa gak pernah diajarin tata krama”.

“ Paman, sorry saya mengganggu. Saya cuma ingin meminta cairan yang tadi tidak sengaja saya tumpahkan. Saya lihat tadi air itu sangat ajaib, bisa membuat tumbuhan yang kecil menjadi pohon yang besar”.

“ Mungkin kamu salah lihat nak, saya tidak bisa melakukan hal itu”.

“ Saking kesalnya saya, lalu saya mengambil secara acak cairan kimia itu dari sekian banyak cairan kimia”

“Saya yakin paman!! Botol cairan yang saya pegang ini pasti botol yang tadi itu. Warna-nya sama dengan cairan yang tadi tumpah di dalam selokan”. Niel lansung berlari dan Paman itu mengejar Niel sambil berteriak “ Kembalikan botol itu, kamu akan menyesal jika kamu menggunakannya”.

Saking berlari dengan cepatnya akhirnya saya jatuh juga. Cairan Kimia yang saya bawa pecah dan isi cairannya tumpah ke lantai. Lalu, saya dengan cepat bergegas untuk bersembunyi di semak-semak dikarenakan kaki saya terluka dan tangan saya sobek terkena sayatan oleh botol yang pecah.

Niel berpikir “ Saya lebih baik tidur di atas taman, karena disana terdapat bangku tempat untuk tidur yang terletak di sebelah pohon yang tadi tumbuh sangat besar dan cepat”.

“ Saya tidak mau pulang ke rumah lagi, biar saja ayah-ku cemas. Lagian sepertinya dia takkan memikirkan aku, pasti dia sedang bersama dengan Ibu Amanda. Ayah-ku pasti sedang menenangkan hati Ibu Amanda”.

“ Kalau aku pulang, berarti aku mengaku salahku. Memang aku salah sih, tapi ayahku selalu membela si penyebab ibu-ku meninggal”.

“ Sudah akh, ngapain saya mikirin mereka. Lebih baik saya tidur aja”.

Keesokan harinya. Saya terbangun dan saya melihat ada wartawan sedang wawancara dengan orang ramai yang menyaksikan pohon yang besar itu tumbuh. Mereka terpukau, karena di daerah situ dulunya tidak ada pohon besar itu.   

Tiba-tiba saya ditanya oleh wartawan itu. “Bapak, tinggal di daerah sini?? Kemarin malam bapak apakah ada melihat atau merasakan sesuatu bahwa di sebelah bapak bakal ada tumbuh pohon yang besar hanya dalam waktu sehari??”.

Saya merasa aneh, kenapa wartawan itu memanggil saya Bapak “ Seketika saya, melihat fisik saya sendiri dan perawakan saya di genangan air sehabis hujan di taman.

Saya merasa senang sekali dan meloncat dengan senangnya sembari tertawa. Saya lansung balik ke rumah saya. Wartawan itu hanya terheran-heran melihat saya bukannya saya menjawab pertanyaan dari dia malah bertingkah laku seperti orang gila. Lalu dia bilang di depan kamera “Situasi sedang tidak dapat dimengerti, orang-orang di sekitar seperti Bapak tadi sudah menjadi gila dan terkejut senang, karena tempat daerah dia ada suatu yang ajaib. Sekian dan terima kasih kami laporkan dari tempat kejadian”.

Saya berlari dan akhirnya tiba pada pintu rumah saya. Waktu tepat pukul jam delapan pagi, biasanya Ibu Amanda menyimpan kunci di atas lubang angin pintu dikarenakan jam segini Ibu Tiri-ku sedang pergi belanja ke pasar yang tidak jauh dari tempat saya tinggal. Lalu saya mengambil kunci itu dan masuk ke rumah saya. Segera saya pergi ke kamar saya, lalu saya tidur di atas kasur saya. Tak lama seketika kasurnya patah dan roboh. Niel tertawa sekeras mungkin, bangga dengan kondisi fisik dia yang sekarang. Waktu pukul Jam Sembilan kurang, biasanya Ibu tiri-ku sekitar jam tersebut akan pulang dari pasar. Saya segera keluar dari kamar saya dan juga rumah saya sebelum kejadian bertemu secara tidak sengaja dengan Ibu Tiri saya.

Hari sudah mulai gelap, saya tidak mempunyai tempat tinggal. Mau tidak mau saya harus tidur lagi di taman, karena jika saya pulang ke rumah pasti tidak ada yang mengenal diriku. Saya malah akan diusir oleh Ayah saya dan Ibu Tiri Saya.

Secara tidak sengaja, saya bertemu dengan Ibu Guru Anita dia sedang duduk di bangku taman. Tempat di mana saya berencana untuk istirahat disitu. Saya berusaha mencoba menyapa Ibu Guru Anita.

“ Hai, sedang ngapain malam-malam begini”

“ Apa urusan sama kamu saya mau ngapain kek disini”

“Saya kan cuma bermaksud untuk berbincang dengan Ibu Guru Anita” Kelepasan saya menyebut nama Ibu Guru.

“Mengapa kamu tahu nama saya, cepat katakana kamu ini siapa?? Dan ada keperluan apa dengan saya??”..

“Saya iiiiini” Saya grogi berbicara dengan Ibu Guru Anita…

“Wah bahaya nih, masa saya berbicara gugup. Saya harus berbicara gombal seperti ayah saya, seperti yang pernah dikatakan Ibu Kandung saya, Bahwa ayah saya sangat gombal dan bisa membuat hati ibu terlena. Tapi, saya bingung apa yang mau saya bicarakan??Udah akh nekat aja”. Niel berbicara dengan hati-nya sendiri.

“Kenalkan nama saya Bagus”. Niel Sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan ke Ibu Guru Anita.

“Nama saya Anita” Sembari bersalaman dengan Niel.

Kedua tangan mereka dilepas bersamaan.

“Ini saatnya, dia sudah ada respon” Niel berbicara lagi dalam hati-nya.

“Saya adalah saudara-nya niel, biasa-nya niel suka bercerita tentang ibu. Kadangkala saya suka melihat foto ibu di Niel. Maaf, kalau tadi saya lancang. Saya tidak ada bermaksud untuk mengusik Ibu Anita”.

“Dasar niel”. Sembari tersenyum Ibu Anita mengucapkan kalimat itu.

“Dulu saya sering curhat kepada niel, karena saya anggap dia masih anak kecil. Saya pikir dia tidak akan menceritakan hal itu kepada siapa-siapa. Ternyata saya salah”. Ibu Anita sembari tertawa tersenyum.

“Ibu kenapa sedih, Ibu pulang saja ke rumah sekarang sudah malam”.

“Kalau ibu belum mau pulang, mungkin ibu bisa menceritakan ke saya. Siapa tahu saya bisa bantu ibu. Itupun kalau ibu tidak keberatan untuk membahasya”.

Ibu Anita menjawab “Gak pa-pa kok, saya disini cuma menenangkan diri sendiri sejenak. Karena saya sedang sedih karena pacar saya “Seorang kepala sekolah, ditempat saya mengajar akan segera menikah”.

“Bagus donk bu. Seharusnya Ibu bahagia, karena dia mau menikah dengan ibu”

“Itu kalau dengan saya gus. Tapi dia bukan menikah dengan saya. Ini juga bukan salah dia juga, karena saya sebenarnya sudah putus dengan dia selama dua bulan”.

“Tapi saya masih belum bisa terima hal itu, kenapa dia cepat bangat atau dengan mudah memutuskan hubungan saya dengan dia. Dan lebih saya kesal lagi, kenapa dengan mudah dia mendapatkan yang baru. Dan merencanakan menikah tahun depan”.

“Jadi, apa yang ingin ibu lakukan sekarang. Apa yang akan ibu lakukan sekarang atau Apakah ibu akan selalu terngiang-ngiang dengan dia??”.

“Tidaklah!!! Saya cuma menenangkan diri sejenak. Walaupun saya sekarang tidak bisa melupakannya. Saya yakin entah esok, ataupun kapan-pun saya pasti bisa melupakannya. Itu semua hanya tinggal tunggu waktu. Tidak mungkin saya seperti begini terus, saya tidak akan pernah memandang ke depan kalau saya tidak bisa terlepas”.

“Dan satu hal yang perlu kita ingat, saya masih mempunyai umur yang panjang. Karena umur kita bertambah adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan. Anak kecil tidak akan pernah tahu persoalan orang dewasa dan juga sebaliknya Orang dewasa tidak bisa lagi bertingkah laku seperti anak kecil lagi dalam setiap tindakannya, karena dia pasti menimbang untuk memutuskan suatu masalah tidak mengganggu pihak lain dalam keluarga”.

“O iya sudah dulu ya, Udah malam. Terima kasih ya udah ditemanin”

“Bye Gus”

“Bye Juga Ibu Guru” Niel menyapa balik.

Sesudah Ibu Anita pulang, Niel berpikir tentang perkataan Ibu Anita.

“Saya telah bersalah terhadap Ibu-Tiriku dan Ayah-ku, karena bukan karena mereka berdua ibu kandung-ku meninggal. Ibu-ku meninggal karena kecelakaan yang telah menimpa mereka. Cuma diri saya yang tidak bisa menerima pengganti Ibu-ku. Saya selama ini terlalu egois, yang saya pentingkan hanya diri saya. Saya tidak mementingkan Ayah saya yang selalu ingin membahagiakan semua anggota keluarga baru dia. Saya terlalu egois karena tidak bisa menerima Ibu baru saya. Meskipun dia sudah berulang kali sabar dengan saya, dan mencoba untuk mengerti diri saya. Sekarang apa yang saya buat??? Semua-nya hanya kedurhakaan diri saya”.

“Saya harus mencari paman itu, untuk menyuruhnya mengembalikan saya ke bentuk tubuh asal saya yang masih 8 tahun”.

Tiba-tiba paman tua itu muncul dan dia berkata kepada saya.

“Nama kamu niel ya??”. Tanya paman tua itu.

“Iya Paman. Paman maafkan saya karena telah mencuri obat paman. Saya sudah mengerti kalau saya bersalah kepada orang-tua saya. Saya ingin kembali seperti semula”.

“Maaf Niel, saya tidak bisa karena obat yang membuat kamu lebih cepat tua itu tidak ada penawarnya. Saya pertama kali menciptakannya juga tidak bermaksud untuk menciptakan penangkalnya.Obat itu belum pernah digunakan untuk ke manusia, tapi lebih ke tumbuhan karena umur tumbuhan lebih lama dari manusia. Sehingga saya menamakannya OLDFAN yang berarti Older Fantastic yang artinya obat untuk mempercepat pertumbuhan bagi tanaman yang susah tumbuh ataupun yang sudah mau mati. Jadi maafkan saya niel, paman tidak bisa berbuat apa-apa”.

“Apa??” Niel kaget mendengar hal itu.

“Paman, saya tahu saya bersalah. Apa paman tidak bisa mencari penangkalnya?? Paman pasti bisa membuat penangkalnya. Paman yang membuat obat itu pasti paman juga bisa membuat penangkalnya”.

“Saya bisa mencari dan membuat penangkalnya, akan tetapi umur kamu tidak akan cukup sampai penawar itu ditemukan”.

“Memang umur saya tinggal berapa lama lagi??”

“Umur kamu niel tinggal dua hari lagi, saya menyarankan umur kamu yang tinggal dua hari ini lakukan untuk meminta maaf pada orang tuamu. Buat mereka bahagia dan tidak cemas akan dirimu”.

“Akh………. Betapa bodohnya saya jadi seperti ini”. Niel sembari menjambak rambutnya sendiri sembari berteriak.

 

 

 

 

 

Bagian Akhir

Sisa satu hari saya sebelum meninggal. Tubuh saya sekarang ini tidak seperti yang dulu lagi. Saya sudah sangat tua sekali. Diri saya sudah berubah :

Badan : Badan saya agak bongkok karena saya merasakan seluruh tulang saya sudah keropos.

Rambut dan Alis : Rambut saya sudah keseluruhan putih, tidak ada lagi sehelai rambut hitam pun yang muncul bahkan Alis saya juga berwarna putih.

Berjalan : Saya berjalan dengan sangat pelan dan tergopoh-gopoh…

Kulit : Kulit saya dari wajah sampai kaki semuanya keriput..

Saya berjalan ke rumah saya. Saya ingin minta maaf ke orang tua saya.

Akhirnya saya sampai ke halaman depan rumah saya. Dan saya bertemu dengan Ayah saya. Dia tidak mengetahui bahwa saya ini anaknya. Dan dia berkata kepada saya.”Kakek cari siapa di sini?? Dan ada keperluan apa??”.

“Anda tidak mengenal saya. Saya ada Daniel”.

“Daniel!!! Daniel siapa ya kek”.

“Daniel anakmu!! Daniel yang suka iseng dengan ibu-tiri nya karena dia tidak bisa menerima ibu tiri-nya”.

“Daniel yang kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi”

Ayah-ku kaget dan dia berkata “Inikah dirimu anak-ku. Apa yang terjadi padamu niel”.

Niel berkata sembari mengeluarkan air mata“Ayah maafkan aku, karena saya sudah durhaka pada orang tua karena sikap saya. Saya yang sekarang ini adalah hukuman yang saya terima dari atas”.

Ayahku lansung memelukku sembari menangis dengan keras dan dia berkata. “Nak, Bapak maafkan kamu niel. Niel jangan pernah pergi lagi dari sini. Bapak akan selalu menerima niel walaupun niel sudah menjadi orang lain bahkan orang yang sudah sangat tua”.

Tidak berlansung lama ayahku memanggil ibu tiri-ku sembari berisak tangis ”Amanda!! Lihat siapa yang ada disini, Niel sudah kembali ke sini”.

Ibu Tiri-ku keluar dari rumah. Dia terheran-heran melihat Ayahku yang menangis dan berkata “Kenapa kamu menangis?? Dan siapa orang tua ini??”

“Dia niel, anak-ku. Anak yang sudah lama hilang. Anak yang sudah lama kita tunggu dia pulang” Ayahku menjawab sembari mengeluarkan air mata.

“Kamu jangan mengada-ngada. Dia ini orang tua. Tidak mungkin niel!! Si anak yang nakal itu”.

Lalu saya mendekat berjalan ke arah ibu tiri saya. Saya menjulurkan tangan saya sembari berkata

“Ibu. Ini saya niel. Maafkan saya, karena selalu berbuat iseng dan jahat kepada ibu walaupun itu hari ulang tahun Ibu.”

“Maafkan saya, karena tidak menjadi anak yang baik”.

“Maafkan saya, karena saya tidak pernah menggangap anda sebagai ibu”.

“Maafkan saya, karena keegoisan saya”.

Ibu Tiri-ku menangis dan mulai menyadari bahwa saya adalah niel.

Dia memeluk saya dengan erat.

“Ibu pasti akan maafin semua kesalahan kamu. Jangan pergi lagi dari sini. Walaupun kau seperti apapun kami akan tetap merawatmu”.

“Ibu juga minta maaf, kalau selama ini tidak bisa membuat niel yakin sebagai pengganti ibu kandungmu”.

“Maafkan perkataan dan sikap ibu, karena telah mengusir-mu dari rumah dan berkelakuan kasar terhadap-mu”.

“Ibu sangat sayang kepada-mu niel”.

Akhirnya tidak lama setelah mereka berkumpul. Sekitar 1 hari kurang Niel meninggal dunia dengan umur 8 tahun dengan fisik seperti orang umur 70 Tahun.

Niel meninggal dengan sangat senang. Karena dia sudah bisa menyatukan lagi keluarga dia.

“Selamat tinggal niel”.

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Join YM G : asang_fs@yahoo.com

Saya adalah penulis baru yang mencoba peruntungan di dunia maya ini. Saya harap tulisan-tulisan saya dapat mendapatkan apresiasi yang luar biasa bagi para pembaca. Salam kenal.

 

 

 

 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun