Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Selamat Natal

24 Desember 2022   17:20 Diperbarui: 24 Desember 2022   17:22 177 7


Sore itu, sepulang jualan cilok, Kang Ngatman menyandarkan sepeda onthelnya di pagar depan.

Yu Surip yang sedang duduk di teras rumahnya bergegas menyambut suaminya itu.

"Kang, besok ciloknya tambah dua kilo ya... dan jualannya pindah di depan gereja", kata Yu Surip pada Ngatman suaminya.

"Emang ada apa Bune?", tanya Kang Ngatman belum faham maksud istrinya.

"Lha, kan besok Hari Natal?"

"Oh, iya yaaa... Aku lupa Bune, biasanya kalau Hari Natal kan ramai pembeli di depan gereja itu. Iya lah, aku tambah 2 kilo," kata Kang Ngatman.

"Eh, Kang... Udah dengar belum? Itu kata Pak Bahrun kita gak boleh mengucapkan selamat Natal pada orang Nasrani. Katanya haram gitu..."

"Terus?"

"Iya, kata dia kalau mengucapkan Selamat Natal, berarti kita mengikuti keyakinan mereka, gitu Kang..."

"Heh.. Bune,... masa' kita takut kehilangan keyakinan kita sendiri? Berarti iman kita tipis dong? Hehe

 Kata Kyai Ahmad, Yesus itu kan Nabi Isa bin Maryam, dan wajib kita yakini sebagai nabi. Dan mengucapkan selamat Natal, selama pemahamannya untuk kelahiran Nabi Isa bin Maryam, yaa Ndak masalah tho? Kan itu Nabi kita juga... Apa salahnya bergembira dan mengucapkan Selamat pada kelahiran salah satu nabi kita?

Nah, kalau pemahaman kita Mengucapkan selamat Natal untuk  Isa ibnu Allah, itu yang perlu diluruskan...

Jadi, menanggapi masalah seperti itu harus dengan ilmu, Bune...  Gitu kata Kyai Ahmad", kata Kang Ngatman menasehati istrinya.

"Oo..gitu ya Pakne?", berarti besok aku mengucapkan Selamat Natal pada Mbak Kristin boleh yaaa... siapa tahu dapat bagian kuenya... Hehehe...

"Huuu...kamu itu ada maunya.... " Kata Kang Ngatman meledek.

"Lha kan biasanya Mbak Kristin bagi-bagi kue ke tetangga kalo Natalan? Hehe...

"Yaaa... nggak apa-apa, asal tetap menjaga akidah", kata Kang Ngatman pada istrinya, sambil bergegas ke belakang untuk mandi.

***

Pagi harinya, Kang Ngatman bergegas mandi untuk berangkat jualan cilok ke depan gereja. Setelah memakai baju putih kesayangannya, diapun menyiapkan dagangan ciloknya.

"Bune, tolong ambilkan bambu panjang di dekat gedhek dapur..." perintah Kang Ngatman pada istrinya.

"Untuk apa Pakne?" tanya Yu Surip penasaran. Karena tidak biasanya Kang Ngatman jualan membawa bambu agak panjang.

"Sudahlah...bawa sini aja", kata kang Ngatman.

Yu Surip pun mengambilkan bambu yang kemarin sudah diruncingkan suaminya itu.

"Untuk apa sih Pakne? Jualan cilok kok bawa bambu runcing?" Tanya Yu Surip semakin penasaran.

"Ini untuk menghalau orang-orang yang akan mengganggu saudara-saudara kita yang Natalan di gereja Bune. Kata Kyai Ahmad, tidaklah kita dianggap muslim yang baik, jika saudara kita non muslim tidak merasa aman di sekitar kita..."

"Iya Pakne,...ya sudah berangkat sana,...hati-hati yaaa ... " Kata Yu Surip melepas suaminya berangkat jualan cilok.

***












KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun