Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Stop Manipulasi Karya! (Merespons Kasus Karya Cipta Seni Film "Sudra")

26 Mei 2016   19:00 Diperbarui: 21 Agustus 2016   16:41 285 8
Tidak hanya itu, di Jogja dengan segudang para kreator seni telah terbiasa dengan ‘tradisi’ bedah karya yang cukup ‘kejam’. Di mana sebuah karya akan ditelanjangi dan dibedah dengan segala macam pisau analisa. Bisa dibayangkan betapa sebuah karya menghabiskan enerji yang besar untuk mempertahankannya. Sebut saja Novel karya Dee Lestari berjudul “Supernova” (Tahun 2000) di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) yang dielu-elukan dan di puji di kota-kota lain (Jakarta, Bandung dll) sebagai sebuah karya yang bagus & mempunyai breaktrough (terobosan) dalam dimensi ruang dan waktu, tapi di Jogja dikupas habis, dikuliti dan di'telanjangi' oleh seniman-seniman jogja dengan berbagai macam literature dan pisau analisa. Itu baru satu contoh, belum contoh-contoh karya yang lain, baik buku, film, seni rupa dsb yang mengalami hal yang sama.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun