Seni untuk kepuasan individu tak bisa ditembus oleh siapapun kecuali seniman itu sendiri dan Tuhan. Dia (seniman) mempunyai ’ruang gelap’ yang menjadi tempat ’persembunyian’ dalam menikmati karyanya sendiri. Dia tak mengharapkan ’kehadiran’ publik untuk ikut serta dalam menikmati karyanya. Apapun penilaian publik menjadi ’nihil’ di hadapan seniman yang mempunyai karya fungsi individu. Simbol-simbol yang muncul pun dari ide-ide seniman itu sendiri, hasil olah fikir dan imajinasi sendiri, meski mungkin tidak semakna dengan pemahaman publik atas simbol-simbol itu.
KEMBALI KE ARTIKEL