Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Cerita Pengalaman Kerja #2 (Habis)

11 April 2010   09:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 1022 1
Masih bercerita tetang pengalaman kerja saya, pada edisi pertama saya bercerita tetang pengalaman menjadi pengamen demi sebatang rokok dan menjual handuk kiloan, yang awalnya ikut-ikutan teman sampai merasa ketagihan berjualan. Kini, saya akan meneruskan cerita saya setelah pengalaman yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya. Setelah asyik ikut dan berjualan handuk kiloan bersama teman-teman saya kala itu, saya juga masih punya pengalaman menjadi seorang waitress di sebuah perusahaan Catering yang berada tak jauh dari rumah. Waiter [caption id="attachment_115951" align="alignleft" width="224" caption="Waiter (shutterstock)"][/caption] Lagi dan lagi, pekerjaan yang saya jalani sebagai waiter ini awalanya hanya ikut-ikutan teman yang kebanyakan bekerja sebagai waiter di tempat usaha Catering. Pekerjaan ini tidak tetap, dan bekerja hanya jika ada pesanan dari pelanggang yang menyewa Catering tempat saya kerja. Biasanya saya kerja menjadi waiter pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu untuk memenuhi pelangga yang menyewa jasa Catering tempat saya dan teman-teman bekerja sebagai tenaga honorer. Seperti halnya pramusaji, kami melayani para tamu undangan---pernihakan atau hajatan lainnya---, membersihkan piring-piring dan gelas sebelum disediakan untuk tamu sampai mengambil dan membersihkan piring dan gelas kotor dari para tamu. Memang sedikit berat dan menguras cukup tenaga melakukan pekerjaan ini, tapi karena bekerja bersama teman-teman, rasa lelah hampir tak saya rasakan. Per-acara, biasanya saya dan teman-teman yang lain dibayar sekitar Rp.55.000/orang. Kerja dari pagi sampai sore, jika acaranya siang dan dari siang sampai hampir tengah malam jika acaranya pada malam hari. Awalnya sedikit gengsi menjadi waiter karena takut bertemu dengan teman sekolah dan kuliah saat lagi kerja, tapi lama-kelamaan ya saya cuek aja. namanya juga kerja, kalau malu pasti tak akan makan. bener toh ! Pekerjaan ini saya lakoni sambil kuliah untuk menambah uang jajan dan waktu kerjanya pun hanya hari sabtu dan minggu dimana saya libur kuliah. Sekitar 1-2 tahun, saya bekerja sebagai waiter. Liaison Officer Nah, ini pekerjaan yang seru menurut saya, karena saya menjadi Liaison Officer (LO) di salah satu partai politik Indonesia yang memiliki dana lumayan besar, yakni Gerindra. Sebenarnya ini, saya dan teman-teman kuliah yang lain anggap ini bukan kerja tapi hanya mencari pengalaman ikut partisipasi di partai politik. Saat itu saya ditawari untuk menjadi LO oleh teman saya yang sekarang sudah menjadi kepala staf luar negeri partai itu, ketika ada acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) di tahun 2008. Lumayan, sehari dibayar Rp.300.000 dengan pekerjaan yang santai juga, karena hanya mendampingi tokoh-tokoh partai dalam mengikuti Rapimnas. Saya juga sempat mengunjungi Polo Club milik pak Prabowo di Jagorawi. Saat itu saya dan teman-teman lainnya menjadi LO selama seminggu. Lagi-lagi, uangnya yaa buat nonton, makan dan belanja, maklum anak kuliahan hehehe Dari sini saya lalu mengenal yang namanya Prabowo Subianto, Fadli Zon, Muchdi Pr, Halida Hatta, Rachel Maryam, Hasyim Djojohadikusumo, dan masih banyak lagi serta anak-anak muda lainnya yang ada di partai ini. Ini adalah pekerjaan saya sebelum lulus kuliah. Setelah lulus kuliah, saya sempat empat bulan menganggur, rasanya malu belum dapat kerja. Malu sama tetangga dan orang tua juga karena belum bisa membantu dalam bentuk materi kepada orang tua saya padahal sudah disekolahkan. Sempat menganggur Selama empat bulan itu, saya isi waktu saya dengan mencari pekerjaan dan melamar di sana-sini. Mungkin sudah ratusan surat lamaran saya sebar melalui media elektronik maupun surat. Alhasil, sudah beberapa kali saya dipanggil untuk interview tapi karena tidak cocok dengan pekerjaan dan salary, saya sempat menolak tawaran untuk bekerja (gaya banget kan ? hehehe) Tahun telah berganti, sudah tahun 2009 tapi saya belum juga dapat pekerjaan namun telepon dan handphone saya tak kunjung berdering berharap ada panggilan kerja. [caption id="attachment_115947" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi (shutterstock)"][/caption] Mulai kerja formal Sekitar bulan Maret, saya di telepon oleh perusahaan yang bergerak di bidang pemetaan, GPS (Global Positioning System) sebagai data Entry. Saya diminta datang ke kantor tersebut dan melakukan interview. Tanpa pikir panjang langsung saya terima tawaran itu, daripada nganggur hehehe Namun baru beberapa minggu bekerja di sana, suatu hari seseorang menghubungi saya, katanya dari Kompas Cyber Media (sekarang, KOMPAS.com), orang itu bilang saya diminta untuk interview yang akan ditempatkan di bagian redaksi. Bingung, (lho kok bingung?) karena saya lupa, kapan saya melamar di KOMPAS.com. Setelah saya ingat-ingat, benar, saya pernah melamar di KOMPAS.com tapi sudah berbulan-bulan lamanya ketika saya masih kuliah. Permintaan dari KOMPAS.com pun saya lakoni dan saat itu saya langsung di interview oleh Pepih Nugraha yang sekarang jadi senior dan pembimbing saya di KOMPAS.com dalam mengelola Kompasiana. Agak sedikit pesimis karena saingan saya saat itu adalah mantan ketua BEM UKI dengan segala pengalamannya di akademik, setelah orang itu bercerita tentang pengalamannya kepada saya saat menunggu giliran di interview. Tapi, keadaan berbicara lain, saya akhirnya lolos tes dan diterima bekerja di KOMPAS.com. Sampai saat ini, bahkan sampai saya menulis cerita ini saya masih bekerja di KOMPAS.com dan tetap bertugas mengelola Kompasaina bersama rekan-rekan lainnya serta saya juga masih akan melayani kalian semua, Kompasianer untuk terus menulis di Kompasiana.com, rumah kita bersama ini. Inilah sekelumit cerita tentang pengalaman kerja saya, dari mengamen sampai bekerja di KOMPAS.com untuk mengelola dan mengembangkan rumah tercinta ini. Bravo Kompasiana ! NuruL Tulisan Sebelumnya: Cerita Pengalaman Kerja #1

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun