Sedikit sulit untuk membahas terkait tradisi *kecurangan yang terkadang kita lakukan. Sulit karena terkadang *ketersinggungan jauh lebih besar ketimbang ketersadaran diri kita. Namun, biarlah saya mengurai sedikit coretan untuk kebermanfaatan yang nantinya kita rasakan. Mengurai terkait tradisi yang terkadang sudah membuat kita tak malu lagi melakukannya secara terang-terangan. Melakukannya dari cara yang halus sekalipun sampai pada tindak pemaksaan yang terkadang merugikan pihak lain.
Wahai Sahabatku,,,saudaraku...
Belumkah kita tersadar akan kesalahan yang mungkin sudah biasa kita lakukan? Saya yakin bahwa diantara kita yang melakukan hal tersebut, mungkin sudah paham akan konsekuensi yang akan kita dapatkan. Namun, ternyata kesempatan yang membuka peluang besar kita untuk melanggar peraturan yang mungkin kita sudah yakini bersama. Sempat saya berpikir bahwa orientasi dunia (*nilai) yang mungkin mengalahkan kesadaran kita bahwa orientasi akhirat jauh lebih penting dari hal tersebut. Tapi, disinilah setan bekerja dalam menipu daya manusia sehingga hitam pun bisa berubah menjadi putih di mata kita.
Masih teringat kisah si Fulan yang dibenci teman-temannya karena tetap kokoh memegang teguh keimanannya hingga menolak membagi jawaban di saat ujian berlangsung. Bahkan bukan hanya si Fulan, tapi mungkin masih banyak orang di luar sana yang dijauhi bahkan dicemooh karena sikap antipatinya terhadap kecurangan yang dilakukan pada saat ujian berlangsung. Mungkin sekilas kita berpikir bahwa si Fulan itu tidak setia kawanlah, egoislah atau bahkan pikiran kita lebih kejam daripada itu. Tapi, apakah kalian sadar bahwa sebenarnya si Fulanlah yang mungkin sangat perhatian terhadap kalian. Perhatian akan tradisi yang bahkan mungkin saja akan menenggelamkan kalian di lubang kemerosotan ilmu yang kalian dambakan. Si Fulan percaya bahwa cara inilah yang mungkin bisa meminimalisir jumlah SDM yang haus akan nilai dan bukan pada ilmu.
Mengutip sedikit Firman Allah :
“Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam keburukan dan dosa” (QS AlMaidah:2)
Dari ayat di atas jelas, bila itu perbuatan keburukan, baik yang menolong maupun yang ditolong memiliki status yang sama, sama-sama berdosa.
Maka belajarlah untuk mengejar ILMU bukan mengejar NILAI, karena dengan ILMU maka yakinlah insyaAllah NILAI pun akan terkejar.
Dan sungguh akan kita nikmati "Kejujuran Berbuah Manis" pada saatnya. Kejujuran yang akan mengantarkan kita lebih menghargai ilmu yang kita dapatkan dari proses kerja keras dan bukan dari cara yang instan dari proses sebuah kecurangan.
Mari belajar dari sekarang,,,
#Nasehat untukmu dan juga untukku
~Baiti Jannati (Bumi Allah), 27 Mei 2013 (22.00)