Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Pentingnya Strategi Penerapan G-20 terhadap Stabilitas Sistem Perekonomian di Indonesia

28 Oktober 2022   13:07 Diperbarui: 28 Oktober 2022   13:11 88 0
Nur Syafirah Muthia S, Nurul Istiqoma, Erin Puspitasari
Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Parepare
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dan merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20. Indonesia sendiri bergabung dengan G20 pada tahun 2008 setelah dianggap memenuhi kriteria sebagai negara ekonomi berpondasi kuat. G20 merupakan bentuk kerja sama internasional dalam bidang ekonomi dan moneter dunia. Saat ini telah muncul pemahaman bahwa isu ekonomi negara tidak dapat dihadapi sendiri sehingga dibutuhkan kerja sama dengan negara lain agar dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama islam dapat memainkan peran potensial untuk menjembatani perbedaan-perbedaan di antara peradaban dunia, keikut sertaan indonesia dalam G20 dapat membantu memperbaiki citra tentang peradaban antara Barat dan Islam.  Indonesia juga dapat memberikan inspirasi ke negara-negara lain untuk mempromosikan demokrasi dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi, secara geografis indonesia dapat memiliki posisi yang signifikan ditambah bahwa indonesia adalah salah satu negara berkembang yang di masal lalu pernah terpuruk oleh krisis ekonomi yang dahsyat dan kini telah berhasil mengatasinya dengan relatif baik.  
Ekonomi global menjadi perbincangan yang tidak pernah surut. Pemerintah setiap negara di dunia tidak habis-habisnya melakukan banyak strategi untuk memajukan ekonomi nasional mereka. Walaupun masyarakat lebih prihatin terhadap penyelesaian isu- isu perekonomian nasional, perlu dipahami bahwa isu-isu dalam perekonomian global pun perlu penanganan yang tepat.
Pada bulan April 2019, Kementerian Luar Negeri RI dalam situs daringnya membahas tentang krisis ekonomi global yang sedang terjadi. Ekonomi global yang ditargetkan untuk terus meningkat secara merata ternyata tidak mencapai hasil yang memuaskan. Tercatat berdasarkan IMF's World Economic Outlook bahwa pertumbuhan ekonomi global kian melemah. Seperti pada tahun 2013 pencapaian ekonomi global hanya meningkat sekitar 2,9%. Sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 mencapai titik angka 3,2%. Berdasarkan hal tersebut maka yang lantas dapat disimpulkan bahwa ekonomi global mengalami pelemahan. Ekonomi global yang diharapkan dapat terus meningkat justru mengalami keterlambatan untuk maju. Hal ini tentu saja menjadi isu yang penting karna ketika ekonomi global melemah, ekonomi nasional di negara maju ataupun negara berkembang juga ikut melemah.
 


PEMBAHASAN
1.Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan G-20
Sejak tahun 1986, pengelompokan menteri keuangan dalam Group of Seven (G-7) telah terbukti cukup penting dalam fungsinya sebagai forum diskusi informal dan substantif mengenai isu- isu ekonomi internasional. Salah satu tujuan dari forum tersebut adalah pencapaian suatu pemahaman dan koordinasi yang lebih erat di antara para pembuat kebijakan di negara-negara G-7. Namun, kurangnya representasi pasar dalam G-7 membatasi kemampuan forum ini untuk menangani beberapa masalah terkait perkembangan ekonomi internasional dan sistem keuangan (Kirton, 1999). Sebagai hasilnya, G-7 dianggap kurang efektif dan tidak sesuai dengan harapan negara-negara penciptanya sehingga pada tanggal 25 September 1999, di Washington, D.C., para menteri keuangan dari kelompok industri terkemuka Group of Seven (G-7) mengumumkan pembentukan Group of Twenty (G-20).
Tujuan dasar dari dibentuknya G-20 untuk berdiskusi, mempelajari, meninjau kembali isu-isu kebijakan di antara negara- negara industri dan pasar negara berkembang dengan tujuan untuk mempromosikan stabilitas keuangan internasional. Anggota G-20 terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Canada, China, France, Germany, India, Indonesia, Italy, Japan, Mexico, Russia, Saudi Arabia, South Africa, South Korea, Turkey, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Keanggotaan G-20 yang terdiri dari negara maju dan negara berkembang terbesar di dunia, mewakili sekitar dua pertiga populasi dunia, 85 persen produk domestik bruto dan lebih dari 75 persen perdagangan global (Kirton, 1999).
Para pemimpin G-20 bertemu setiap tahun dan setiap presiden dari G-20 mengundang beberapa tamu negara setiap tahunnya. Selain itu, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral bertemu secara teratur sepanjang tahun untuk membahas cara-cara untuk memperkuat ekonomi global, mereformasi lembaga keuangan internasional, memperbaiki peraturan keuangan dan menerapkan reformasi ekonomi utama yang dibutuhkan dalam setiap ekonomi anggota. Mendasari pertemuan ini adalah program pertemuan sepanjang tahun di antara pejabat senior dan kelompok kerja yang mengkoordinasikan kebijakan mengenai isu-isu spesifik (Kirton, 1999).
Melalui partisipasi luas oleh negara-negara industri dan pasar negara berkembang utama, G-20 akan mewakili berbagai sudut pandang. G-20 merupakan model tepat untuk kerja sama di dunia sekarang ini. Kerja sama yang memberi tanggapan terhadap krisis keuangan global sebagai bukti dampak dari kerja sama G-20. G-20 memperkenalkan triliunan dolar dalam paket stimulus fiskal di seluruh dunia, yang menyelamatkan atau menciptakan jutaan lapangan kerja yang seharusnya dihancurkan. Hal ini juga menempatkan langkah-langkah untuk mengurangi jatuhnya pasar keuangan dan membantu menjaga kepercayaan konsumen dan bisnis.
2.Peran G20 Terhadap Peningkatan Ekonomi Nasional Indonesia
Seperti yang diketahui, G20 merupakan forum diskusi mengenai ekonomi dan moneter dunia yang berkontribusi banyak pada ekonomi global. Menurut data yang direkap oleh Otoritas Jasa Keuangan, Indonesia berada di peringkat lima besar di G20 dengan presentasi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di angkat 5,2% pada tahun 2018. G20 sebagai wadah diskusi yang cukup besar tentu saja terus berperan dalam isu-isu ekonomi yang dihadapi dunia. Seperti adanya KTT di Osaka yang membantu Amerika Serikat dan Tiongkok dalam mendiskusikan ketegangan perdagangan yang terjadi di antara mereka. Sementara bagi Indonesia, G20 telah membuka banyak lahan investasi, pekerjaan, dan ide-ide untuk perkembangan ekonomi semua lapisan dunia termasuk Indonesia di dalamnya.
Pada KTT di Osaka tahun ini, Indonesia turut berpartisipasi aktif dengan menyumbangkan sebuah ide ekonomi digital yaitu IDEA Hub. IDEA Hub atau Digital Media Accelerator Hub dirancang menjadi sebuah wadah untuk para unicorn G20 yang akan saling berbagi tentang ide model bisnis negara mereka. IDEA Hub menurut Presiden Jokowi akan memiliki tiga sektor yaitu Sharing Economies, Workforce Digitalization, dan Finansial Inclusion. Hal-hal seperti ini yang membantu anggota G20 untuk terus mengembangkan per- tumbuhan ekonomi negaranya. Tidak terkecuali Indonesia meski pertumbuhan ekonomi Indonesia terhitung lambat karena masih ada di angka 5,17%. Hal itu juga masih termasuk peningkatan walau sebesar 0,10%. Pada sidang KTT terakhir juga Indonesia akan memperluas bisnis dengan India melalui kerja sama ekonomi dan maritim dan membahas ekspor-impor kelapa sawit dengan Perdana Menteri India. Di bidang maritim, Jokowi juga membicarakan interaksi pengusaha Aceh dan Andaman-Nicobar yang terus me- ningkat sehingga membuka kesempatan untuk Indonesia dalam mengajak kerja sama India untuk pengembangan infrastruktur konektivitas di Sabang.
Selain kerja sama dengan India, Indonesia juga membahas kerja sama industri dan investasi dengan Korea Selatan. Diketahui bahwa Indonesia dan Korea Selatan memiliki kerjasama bilateral berupa aset yang akan dirundingkan lebih lanjut dalam Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA). Setelah dengan Korea Selatan, Indonesia juga membahas pengurangan defisit dagang dengan Tiongkok. Hal-hal ini yang kemudian men- jadi kesempatan besar untuk Indonesia dalam meningkatkan kualitas ekonominya. Melalui pertemuan forum besar seperti G20, Indonesia mempunyai kesempatan untuk membuka banyak kerja sama dengan negara lain secara langsung melalui pertemuan para pemimpin negara.
G20 awalnya dibentuk untuk menjawab krisis moneter pada tahun 1998 dengan menggabungkan negara berkembang dan negara maju, harapannya agar terdapat pendapat yang merata sehingga solusi yang dikeluarkan tidak hanya menguntungkan negara-negara maju tetapi dapat menguntungkan semua pihak, ini merupakan bentuk kerja sama internasional dengan tujuan memajukan ekonomi dunia secara bersama-sama.
3.Peran strategis Indonesia dalam G20 Indonesia
Indonesia menjadi satu-satunya wakil negara ASEAN yang tergabung dalam forum G20. Dilihat dari keberhasilan-keberhasilan atau success story Indonesia dalam mengatasi masalah perekonomian.
Mulai dari mengatasi krisis ekonomi di Asia pada akhir 1990an, resiliensi dalam menghadapi tekanan krisis global pada 2008, posisi Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan penduduk mayoritas Muslim, negara dengan jumlah populasi terbanyak ke-empat, serta sebagai pemimpin di ASEAN.
Peran Indonesia dalam G20 adalah selain untuk menjaga pertumbuhan domestic tetap tinggi dan stabil, tidak lain juga untuk memajukan kepentingan negara berkembang dan menjaga terciptanya perekonomian global yang inklusif dan berkelanjutan dan juga mewujudkan balanced growth bagi negara maju-berkembang.
Adapun beberapa peran Indonesia dalam forum G20 antara lain:
a)Indonesia dapat mengedepankan pendekatan konstruktif dalam pembahasan isu di G-20.Indonesia perlu terus menjaga karakteristik dasar G-20 tersebut dari desakan dominasi ataupun pengerasan sikap/posisi dari negara-negara anggota G-20.
b)Pergeseran posisi Indonesia dari negara low income countries menjadi negara middle income countries serta dari negara penerima bantuan menjadi negara penerima sekaligus negara donor, membutuhkan penyesuaian profil Indonesia di dunia luar. Untuk itu, peran aktif Indonesia di G-20 menjadi penting karena G-20 dapat dijadikan sebagai wadah untuk instrumen politik luar negeri RI mendukung upaya Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2025.
c)Mengingat Indonesia mempunyai cukup banyak success stories dalam program pembangunan, partisipasi Indonesia dalam G-20 dapat digunakan untuk mengedepankan pengalaman Indonesia sebagai kontribusi global Indonesia dalam pembahasan forum G-20.
Pada KTT Pittsburgh, misalnya, Indonesia menjadi contoh sukses pengalihan subsidi BBM tidak langsung menjadi subsidi langsung (program BLT). Indonesia dapat bekerjasama dengan Bank Dunia dan OECD untuk mengangkat berbagai success stories Indonesia.
Keikutsertaan Indonesia pada G-20 juga dimanfaatkan oleh Jokowi untuk berbagi pengalaman dalam mengelola transformasi digital. Ini sejalan dengan usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan mempersempit disparitas ekonomi, mendorong pemerataan, meningkatkan literasi digital dan mengakselarasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Kerja sama yang memberi tanggapan terhadap krisis keuangan global sebagai bukti dampak dari kerja sama G-20 mendapatkan  langkah- langkah untuk mengurangi dampak jatuhnya pasar keuangan global dan membantu menjaga kepercayaan konsumen dan bisnis.
G-20 sebagai komite krisis memiliki tanggung jawab utama untuk menangani krisis jangka pendek dan membangun struktur global yang tahan terhadap krisis di masa mendatang, baik jangka menengah maupun jangka panjang. Di dalam penanganan krisis, Indonesia dapat mengambil keuntungan dengan melihat dari mana akar krisis tersebut dan melakukan pembenahan di seluruh Indonesia. Selain itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan posisinya dalam G-20 menangani krisis nasionalnya.
Bagi Joko Widodo, G-20 memiliki kepentingan strategis tersendiri. Forum ini telah memprioritaskan perdagangan, investasi, dan infrastruktur dalam agenda, yang selaras dan sejalan dengan tujuan Jokowi untuk mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen di Indonesia (OECD, 2016). Perspektif G-20 tentang pentingnya infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi memberi pemerintahan Jokowi justifikasi kuat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur nasional sebagai bagian dari agenda domestik. G-20 sendiri merupakan sarana strategis bagi Indonesia untuk mengekstrapolasi kepentingan nasional melalui diplomasi ekonomi, serta menampilkan berbagai capaian domestik yang selama ini ada. Bagi Jokowi yang lebih memfokuskan pemerintahannya pada isu-isu domestik, keanggotaan G-20 dapat memberikan kontribusi dan saran yang cukup signifikan dalam pembenahan ekonomi domestik. Selain itu, G-20 dapat mendorong optimalisasi pendapatan negara dan memperkuat postur anggaran pemerintah.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang karena pertumbuhan ekonominya tercatat cukup penting di antara negara- negara berkembang lainnya dimasukkan dalam kategori emerging economy; sebagai emerging economy Indonesia mendapat hak istimewa untuk duduk dalam klub tersebut. Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama islam dapat memainkan peran potensial untuk menjembatani perbedaan-perbedaan di antara peradaban dunia, keikut sertaan indonesia dalam G20 dapat membantu memperbaiki citra tentang peradaban antara Barat dan Islam. Indoneisa juga dapat memberikan inspirasi ke negara-negara lain untuk mempromosikan demokrasi dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi, secara geografis indonesia dapat memiliki posisi yang signifikan ditambah bahwa indonesia adalah salah satu negara berkembang yang di masa lalu pernah terpuruk oleh krisis ekonomi yang dahsyat dan kini telah berhasil mengatasinya dengan realtif baik.
4.Covid-19 Membawa Dampak Pada Perekonomian Indonesia
Pandemi covid-19 telah membawa banyak dampak bagi seluruh negara, termasuk indonesia. Dampak yang dibawa tidak hanya bagi kesehatan tetapi berdampak pada perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat. Pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai upaya penanganan dan pengendalian, baik secara preventif, persuasif, maupun represif. Berbagai kebijakan juga ditetapkan guna mengurangi laju penyebaran virus COVID-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh daerah di Indonesia. Kebijakan PSBB dan PPKM di tengah masyarakat tentunya akan berdampak pada perekonomian masing-masing individu yang pada akhirnya juga mempengaruhi sektor perekonomian nasional. Beberapa dampak penurunan laju perekonomian dirasakan nyata pada sektor perdagangan, transportasi, perhotelan, pariwisata, industri, maupun ritel.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan oleh Indonesia dalam memulihkan perekonomian nasional adalah melalui Forum Internasional G20. Indonesia telah resmi menjadi tuan rumah pelaksanaan Presidensi G20 (Group of Twenty) sejak diserahterimakan oleh Italia pada 31 Oktober 2021 di kota Roma, Italia. Untuk pertama kalinya Indonesia menjadi bagian dari Troika G20 bersama Italia dan Arab Saudi sejak dibentuk pada tahun 1999. Forum G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) yang memiliki kelas pendapatan menengah hingga tinggi, negara berkembang hingga negara maju. G20 bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat berkelanjutan, simbang dan inklusif. Hal ini menjadi salah satu sejarah penting bagi Indonesia mengingat bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang bergabung dalam forum G20 dan menduduki peringkat 10 dalam daftar paritas daya beli (Purchasing Power Parity) di antara anggota G20.
Dampak pelaksanaan Presidensi G20 bagi perekomian Indonesia adalah sangat banyak. Terdapat 2 (dua) jalur isu strategis yang dibahas pada Forum G20, yaitu Finance Track dan Sherpa Track. Sesuai dengan namanya, finance track membahas tentang isu-isu keuangan, seperti kebijakan fiskal, moneter dan riil, investasi infrastruktur, regulasi keuangan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional. Sedangkan sherpa track membahas bidang-bidang yang lebih luas di luar isu keuangan, seperti anti korupsi, ekonomi digital, lapangan kerja, pertanian, pendidikan, urusan luar negeri, budaya, kesehatan, pembangunan, lingkungan, pariwisata, energi berkelanjutan, perdagangan, investasi, industri, dan pemberdayaan perempuan. Seluruh agenda pertemuan yang akan dilaksanakan sesuai sektor pembahasan isu di atas akan menghasilkan communique yang berisi komitmen dan pernyataan bersama tentang isu global terkini dan hasil konsensus para anggota forum G20 kepada publik. Communique yang dihasilkan tersebut tentunya akan mengandung berbagai manfaat, terutama bagi perekonomian Indonesia. Beberapa manfaat perekomian yang dapat diterima Indonesia dari pelaksanaan Forum G20 adalah sebagai berikut.
1)Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, gelaran G20 akan menciptakan kontribusi sebesar US$ 533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun pada PDB Indonesia.
2)Peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun.
3)Dari sisi pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebut gelaran G20 akan berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta -- 3,6 juta dan juga 600 ribu -- 700 ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fashion, dan kriya.
4)Rangkaian kegiatan G20 di Indonesia akan melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang.
5)Menurut Menteri Koperasi dan UMK, Teten Masduki, Presidensi G20 juga akan mendorong investasi pada UMKM dalam negeri, mengingat saat ini 80% investor global berasal dari negara-negara G20. Momentum menunjukkan keberhasilan reformasi struktural, antara lain dengan UU Cipta Kerja, untuk meningkatkan kepercayaan investor global.
6)Indonesia akan berperan dalam mendesain kebijakan pemulihan ekonomi dunia. Bila perekonomian dunia membaik, maka kita akan menerima dampak positifnya, salah satunya ekspor yang akan tumbuh tinggi.
7)Pemulihan ekonomi dunia dan domestik juga akan meningkatkan konsumsi masyarakat, peningkatan investasi dan kegiatan ekspor-impor yang tumbuh pesat. Dampaknya, penerimaan pajak tumbuh lebih dari 18 persen, penerimaan bea cukai tumbuh lebih dari 24 persen, dan penerimaan PNPB tumbuh lebih dari 23 persen.
Kolaborasi seluruh anggota G20 dalam mewujudkan pemulihan perekonomian dunia telah dilaksanakan dalam beberapa pertemuan. Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara anggota G20 telah melaksanakan pertemuan pertama Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) pada 17-18 Februari 2022 yang membahas 6 (enam) isu prioritas dan strategi agar dunia dapat lekas pulih dari dampak Pandemi Covid-19. Isu Prioritas tersebut terdiri atas ekonomi dan kesehatan dunia, arsitektur keuangan internasional, isu sektor keuangan, keuangan berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan internasional. Pertemuan FMCBG tersebut telah menghasilkan communique yang menunjukkan komitmen dari seluruh anggota G20 dan dampak pemulihan perekonomian yang nyata bagi Indonesia. Communique yang dihasilkan terdiri atas sebagai berikut.
1. International Financial Architecture
a. Negara Maju : melakukan normalisasi kebijakan yang dikalibrasikan, direncanakan, dan dikomunikasikan dengan baik
b. Negara Emerging dan Berkembang : menerapkan kebijakan makro ekonomi dan sistem keuangan yang sehat untuk mengantisipasi normalisasi kebijakan negara maju, termasuk perlunya kebijakan arus lalu lintas modal dan diversifikasi mata uang
2. Financial Sector Reform
a. Memperkuat sektor keuangan global
b. Mengelola risiko dan mengoptimalkan digitalisasi sektor keuangan
c. Kerangka pengawasan terhadap aset crypto diperlukan
d. Melanjutkan implementasi G20 Roadmap for Enhancing Cross-border Payments
e. Mendorong sistem pembayaran yang cepat, mudah, dan murah untuk inklusi keuangan
3. Sustainable Finance
a. Menuju Net Zero Emission
b. Perlunya komitmen dan kerja sama antara negara-negara G20 serta lembaga keuangan terkait pembiayaan perubahan iklim
c. Mendorong peran swasta dan internasional untuk membiayai perubahan iklim dengan kebijakan publik
4. Infrastructure
a. Melaksanakan G20 Roadmap
b. Meningkatkan peran sektor swasta dan publik dalam pembangunan infrastruktur
c. Mendorong prinsip quality infrastructure investment yang menolong banyak negara untuk bisa memilih pendanaan infrastuktur yang berkualitas
5. International Taxation
a. Menyepakati Dua Pilar Perpajakan Internasional:
Pilar 1: prinsip perpajakan untuk sektor digital
Pilar 2: Global Anti Base Erosion untuk menghentikan upaya penghindaran pajak

b. Dua Pilar Perpajakan Internasional dapat dilaksanakan pada 2023
c. Memberikan dukungan peningkatan kapasitas bagi negara-negara berkembang untuk implementasi Dua Pilar Perpajakan Internasional pada 2023.
Pelaksanaan Presidensi G20 untuk tahun 2022 mengusung tema recover together, recover stronger. Melalui tema ini, Indonesia ingin membawa semangat pulih bersama, memberi manfaat yang tinggi bagi dunia, serta mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu dan saling mendukung dalam memasuki babak baru, yaitu pemulihan pasca pandemi yang inklusif dan berkelanjutan. Tanggung jawab dan kepercayaan yang telah diterima oleh Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 periode Tahun 2022 tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama berjuang dalam menyukseskan Presidensi G20 karena seluruh rakyat Indonesia harus sadar bahwa kesuksesan Presidensi G20 sangat berdampak pada hampir seluruh sektor pemerintahan, tidak hanya memberikan manfaat bagi Indonesia sendiri, melainkan juga berdampak luar biasa besar bagi dunia, terutama tanggung jawab kepemimpinan yang selama ini telah dijalankan Indonesia di dunia internasional.
 KESIMPULAN
G20 adalah forum diskusi besar yang bekerja sama dengan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) untuk membahas ekonomi global. G20 terdiri oleh 20 negara yang tercatat menyumbang angka persentase yang cukup besar terhadap ekonomi global. Kedua puluh negara yang tergabung dalam G20 adalah Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Afrika Selatan, Brasil Inggris, Tiongkok, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Turki, Prancis, Rusia, Uni Eropa, India, dan Indonesia. G20 melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) setiap setahun sekali. Tempat KTT akan bergilir setiap tahunnya. KTT tahun 2019 dilaksanakan di Osaka dan Jepang sebagai tuan rumah dengan nama Osaka Summit 2019. KTT selanjutnya akan dilaksanakan di Riyadh, Arab Saudi. Seperti tujuan G20 yaitu untuk mengkaji, meninjau, dan mendorong adanya perundingan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang, G20 sekaligus menjadi wadah untuk mendiskusikan isu-isu ekonomi global. Salah satunya adalah merundingkan perang dagang Amerika dan Tiongkok di KTT Osaka. Selain itu, G20 merupakan forum diskusi yang sangat tepat untuk membuka lebar jalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi termasuk ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia telah terbantu dengan adanya G20. Hal ini karena Indonesia dapat membuka kesempatan untuk investasi luar negeri masuk ke Indonesia, serta membuat berbagai kerja sama bilateral dengan negara anggota G20. Hal ini yang tentu saja akan memberikan keuntungan bagi ertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, G20 tidak hanya berpengaruh besar terhadap ekonomi global tetapi juga terhadap ekonomi nasional Indonesia.
G20 memiliki peranan yang sangat strategis di dalam membahas berbagai isu global terkait pertumbuhan dan perekonomian serta stabilitas ekonomi dan keuangan, hal ini dikarenakan  keanggotaannya yang terdiri dari kombinasi negara maju dan berkembang.




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun