Malam ini menjelang beranjak ke tempat tidur saya mengajak anak saya membaca, dia yang memilihkan buku untuk dibaca. Pilihannya jatuh pada salah satu edisi majalah balita. Halaman demi halaman dibaca sampai kemudian tiba pada suatu halaman tentang cerita tak berurutan. Cerita tersebut terdiri dari empat gambar yang disertai deskripsi. Saya meminta anak saya untuk menentukan urutan cerita tersebut. Untuk posisi pertama ia menunjuk gambar seorang anak sedang memancing di danau bersama ayahnya, seharusnya menurut saya gambar pertama bukan yang itu tapi saya membiarkannya dengan meminta dia melanjutkan memilih gambar untuk urutan kedua. Dia memilih gambar seorang anak yang mengambil ikan hasil tangkapannya dari kail, untuk urutan ketiga ia memilih gambar seorang anak tengah berjalan bersama ayahnya yang membawa peralatan pancing plus kantung ikan yang masih kosong. Gambar yang dia anggap urutan tiga seharusnya jadi nomor satu. Saya kemudian bertanya, “Tadi di nomor 2 kan sudah dapat ikan, terus ini di nomor tiga kantong ikannya kok kosong ya?” Dia langsung berujar, “Oh, kalau gitu berarti gini Bunda, yang ini nomor satu, ini dua, tiga dan ini empat” sambil menunjukkan urutan yang benar.