Pembelajaran daring itu sendiri dapat kita artikan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan melalui media online seperti google meet, zoom, group whatsapp, e-learning, edmodo, google classroom ataupun melalui konten youtube, video pembelajaran dan lain sebagainya. Tentunya, hal ini tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan pembelajaran daring bagi mahasiswa. Nah, apa saja sih kelebihan dan kelemahan pembelajaran daring yang sering dirasakan oleh mahasiswa termasuk saya sendiri? Yuk langsung saja kita bahas ...
Kelebihan  pembelajaran daring bagi mahasiswa:
Mengurangi ekonomi keluarga seperti uang saku,uang sewa rumah ( bila universitas jauh dari kampung halaman ), uang makan dan kebutuhan lain  sebagainya.
Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Proses perkuliahan atau waktu perkuliahan menjadi lebih singkat jika dibandingkan dengan kuliah offline.
Tidak ada tugas dalam bentuk hard copy.
Mahasiswa menjadi lebih mandiri karena dituntut untuk mencari sumber referensi terkait dengan pembelajaran selain materi yang disampaikan oleh dosen pengampu.
Kelemahan pembelajaran daring bagi mahasiswa:
Terkendala akses jaringan internet ( apabila kampung halaman jauh dari pusat kota bahkan terkadang sering terjadi pemadaman).
Tugas yang diberikan dosen sangat banyak, bahkan terkadang setiap dosen pasti memberikan tugas dengan jangka waktu yang singkat.
Informasi yang diberikan dosen tidak berhasil diserap oleh mahasiswa ( 50%-30%)
Kuota internet yang semakin meningkat.
Sistem absen yang berantakan atau tidak terekam disiakad ( dapat mempengaruhi nilai mahasiswa)
Pembelajaran yang monoton menyebabkan mahasiswa bosan.
Rendahnya feedback yang diterima oleh mahasiswa.
Rendahnya motivasi belajar mahasiswa.
Penurunan prestasi/minat belajar mahasiswa.
Dari beberapa kelemahan pembelajaran daring diatas dapat menjadi penyebab burnout pada mahasiswa. Nah apa sih yang dimaksud dengan burnout mahasiswa itu? Jadi burnout mahasiswa adalah suatu kondisi  dimana mahasiswa sudah berada di titik jenuh ( stress ) yang disebabkan oleh banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen yang menyebabkan kelelahan berfikir mahasiswa dan kehilangan semangat belajarnya serta rendahnya motivasi dan menurunnya prestasi belajar mahasiswa. Tidak  hanya itu, perkuliahan virtual melalui meet atau pun platform lainya secara terus menerus (setiap mata kuliah melaksanakan video call) dapat juga menyebabkan zoom fatigue bagi mahasiswa, kondisi ini dikarenakan mahasiswa sudah berada di titik lelah dan bosan harus menatap layar handphone/laptop  disaat melakukan kuliah online secara virtual.
Seperti yang dilansir dari kompas dan dimuat di hipwee, dijelaskan bahwa penjelasan mengenai Zoom fatigue Syndrom dapat kita temui dalam wawancara BBC Worklife dengan Gianpiero Petriglieri, seorang professor di Universitas Clemson. Menurut Petriglieri, panggilan video membuat kita perlu lebih banyak focus dibandingkan dengan obrolan tatap muka. Video call juga membuat kita bekerja lebih keras untuk memproses isyarat nonverbal, seperti nada suara, ekspresi wajah, dan juga gesture tubuh, tentunya hal ini akan membuat kita lebih banyak mengeluarkan energi.
Berdasarkan pemaparan diatas, memang tidak dapat kita pungkiri bahwa memang ini lah jalan yang terbaik untuk memutuskan rantai wabah covid-19 ini dan inilah yang harus kita hadapi sebagai mahasiswa. Tetapi, bukan berarti kita harus berada dititik yang sama, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir terjadinya burnout syndrom dan zoom fatigue syndrom terhadap mahasiswa. Misalnya kita dapat membuat prioritas kegiatan lain yang dapat membuat diri kita menjadi lebih tenang, memanajemen waktu dengan baik, beri jeda waktu disaat mengerjakan tugas ( istirahat ), berbicara dan bertukar fikiran  dengan teman/keluarga/orang disekitarmu dan lain sebagainya.
Maka dari itu diharapkan bagi pemerintah dapat memberikan kebijakan yang dapat mempertimbangkan kelemahan serta kendala yang dirasakan oleh mahasiswa, begitupun dengan guru/dosen diharapkan mampu mencari solusi yang baik agar mahasiswa dapat mengatasi kendala-kendala seperti saat ini. Misalnya mengurangi tugas yang diberikan dengan waktu yang singkat, melakukan video conference saat memang benar-benar dibutuhkan dan lain sebagainya. Semoga wabah covid-19 ini cepat berlalu dan kondisi diindonesia dapat berjalan normal kembali sehingga pembelajaran akan dilaksanakan secara offline seperti satu tahun yang lalu.