Terjadinya Kudeta
Kudeta tersebut terjadi pada 1 Februari 2021, dipimpin oleh Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Militer mengambil alih kekuasaan setelah Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP/ )), yang merupakan partai politiknya militer, mengalami kekalahan besar dalam pemilu 2020. Militer beralasan bahwa pemilu tersebut penuh dengan kecurangan, meskipun tidak ada bukti konkret yang mendukung klaim ini. Pengamat dan organisasi pemantau pemilu independen seperti Jaringan Asia untuk Pemilu Bebas (Asian Network for Free Elections/ANFREL) menyatakan bahwa pemilu berlangsung transparan dan akuntabel.
Respon Internasional
Kudeta ini mendapat kecaman luas dari masyarakat internasional. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengecam bahwa tindakan militer tersebut sebagai serangan langsung terhadap transisi demokrasi Myanmar. Uni Eropa, Turki, dan Dewan Keamanan PBB juga mengecam kudeta ini. Selain itu, beberapa negara seperti Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru menjatuhkan sanksi terhadap Myanmar dengan harapan bisa mengembalikan pemerintahan demokratis.