Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Temanten pun Dicuri

7 November 2020   14:17 Diperbarui: 7 November 2020   14:24 102 25
Shandya Kala di Parang Garuda
XIV

Pementasan wayang sudah sampai pada adegan Sinta dilarikan oleh Rahwana. Penonton yang masih terpaku  merasa drinya betul-betul berada di hutan dan hanya bisa melihat sang dewi yang tengah melawan dan meronta-ronta sekuat tenaga agar terlepas dari cengkeramannya. Penonton di bangsal yang sudah tersirep semakin terhipnotis betul-betul tidak sadar kalau diri mereka pun berteriak-teriak menyumpahi Rahwana agar melepaskan Sinta.

Namun tiba-tiba ada angin semilir yang lebih hangat berhembus ke seluruh bangsal, pelan-pelan menyebar dan seolah-olah mengusap bulu kuduk. Ternyata hembusan angin hangat itu sengaja dibuat oleh seseorang yang berada di bawah pohon asem dekat bangsal dan mengakibatkan mereka  yang semula berteriak-teriak, bertepuk-tepuk mengancam Rahwana lambat laun  meredupkan tingkahnya. Bahkan seperti orang linglung, tidak menyadari kalau diri mereka telah menjadi bagian pertunjukan Soponyono.

Yuyu Rumpung pun mencoba menelaah pakeliran di bawah blencong yang temaram menerangi wayang yang sedang dimainkan. Seluruh nafasnya hampir berhenti, keringat dingin tertahan di pori-pori, amarah pun sampai ke ubun-ubun. Karena ia melihat wayang bukan lagi dimainkan oleh dalang tetapi seperti bayang-bayang yang datang sendiri entah dari mana datangnya. Dan dalang Soponyono telah tidak ada di tempatnya.

Di sisa sadarnya Yuyu Rumpung segera menghampiri telik sandi kepercayaannya yang terlihat selesai menyalurkan energi pelumpuh sirep. Ia terlihat tersenyum puas karena telah berhasil menghalau sirep yang di tanam Soponyono, ketika dirinya melihat tuannya segera dirinya memberikan salam.
"Bagus kerjamu prajurit," Yuyu Rumpung pun menghampirinya, "Setelah kamu berhasil menyadarkan semuanya ada kenyataan yang menyakitkan karena Soponyono telah tidak ada di tempatnya."
"Dan ndoro Yuyu Rumpung akan lebih sakit hati jika melihat yang lain lagi."

Segera prajurit telik sandi itu mengajak Yuyu Rumpung ke tempat kursi pelaminan Pangeran Jasari dan Rayung Wulan. Mereka berdua berjalan di antara para penonton yang masih dalam keadaan sadar dan tidak sadar. Tampak dari luar bangsal, Pangeran Jasari masih duduk di tempatnya namun terlihat sekali jika sorot matanya hanya tertuju pada pertunjukkan wayang. Sehingga jelas sekali jika sirep itu memang terpusat untuk orang-orang tertentu. Dan ketika Yuyu Rumpung sudah berada di dekat kursi pelaminan yang tampak hanya Pangeran Jasari dan seonggok bantal.  

Amarah Yuyu Rumpung mencapai puncaknya,  pada sisa kesadarannya ia perintahkan prajurit telik sandinya untuk menyiapkan pasukan yang sudah berada di balik sungai  Juana yang tertutup pohon-pohon. Tanpa butuh waktu lama prajurit teli sandi itu  segera berlari menuju kuda yang ditambatkan di samping alun-alun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun