Maka Mobil Dahlan Iskan (DI)pun ngerem mendadak bukan di lampu merah tapi di bukit batu dekat Magetan.
Mirip-mirip, serupa tapi tak sama begitulah antara DP dan DI sama-sama cari popularitas, sama-sama cari sensasi, yang satu pengin kontrak show entertainment nya semakin banyak, sementara yang satu lagi pengin nyapres di 2014, siapa tahu ada partai yang mau nyapreskan, siapa tahu publik ramai-ramai kepincut nyontreng. Semua sah-sah saja. Semua boleh-boleh saja. Cuma kasihan saja sama masyarakat yang jadi korban sensasi pejabat dan atau artis.
Ketika Abu Bakar sudah minta maaf ke DP lewat media, ia tak terima permintaan maafnya itu hanya lewat media. DP maunya si pengusaha itu minta maaf dengan berjabat tangan (kalau perlu sujud kali ya), temui seluruh keluarga DP minta maaf kepada seluruh keluarga besarnya DP. Lebay amaaat... Seharusnya, ketika Abu Bakar sudah minta nmaaf ya sudahlah maafkan saja. Toh ia juga mengumbar informasinya juga lewat media. Tak perlulah pakai acara "sungkeman" segala. Kalau jadi nikahan bolehlah pakai sungkem benaran. Di situlah peran DP yang suka cari sensasi. Muncul pula mantan suaminya. Kalau sudah cerai ya sudahlah, bukan urusan mantan suaminya lagi. Tapi karena lagi cari sensasi ya dibuatlah "drama" agar ceritanya lebih seru.
Begitu juga dengan mobil listrik Dahlan Iskan, kalau test drive seharusnya kan cukup ditempat khusus, jangan di tempat umum. Pengemudinya juga seharusnya supir khusus yang sudah terlatih. Kecuali kalau DI lagi cari sensasi, siapa tahu ia akan seperti Habibie yang buat pabrik pesawat. Akhirnya pesawat juga cuma ditukar beras ketan. Mobil listrik buatan Indonesia itu rencananya mau dijual 1,5 Milyar. Jangan-jangan tidak ada yang berminat membeli mobil listrik itu, dan nanti akhirnya mobil listrik itu ditukar juga dengan beras atau malah singkong.