Awalnya adalah kecurigaan Mahfud MD sang ketua MK, kenapa ada surat dari KPU ditujukannya kepada panitera, bukan kepada ketua MK. Yang membuat surat KPU itu juga bukan ketua KPU, tetapi anggota KPU dan kebetulan Andi Nurpati. Surat dikirim melalui faksimili, mesin faks itu ada di ruang Andi Nurpati, bahkan di mesin faks itu diset ada namanya Andi Nurpati. Didepan panja (panitia kerja) mafia pemilu, dua orang mantan staf Andi Nurpati menjelaskan tentang proses terjadinya surat palsu itu.
Lantas bagaimana prosesnya, dari seorang angota KPU lantas potong kompas langsung menjadi petinggi Partai Demokrat. Peran apa lagi yang dilakoni seorang andi nurpati, apakah ada juga perannya dalam pemenangan Partai Demokrat di pemilu legislatif dan pilpres. Inilah yang sedang diperiksa oleh panja mafia pemilu. Curiga boleh saja, yang penting ada bukti, jangan asal tuduh, mestinya kan begitu.
Terlepas dari kecurangan atau kelalaian seorang Andi Nurpati, perjalanan karirnya yang dari seorang PNS, boleh ditiru oleh PNS lain yang sudah bosan kerja sebagai PNS dan senang bertualang di partai politik. Perjalanan karir dari PNS, panwaslu, KPU lalu petinggi partai, kemudian menteri, mungkin juga presiden atau wakil presiden. Tapi kalau sudah ketahuan di tengah jalan, karir PNS itu akan berakhir di hotel prodeo alias penjara.