Di sana saya numpang nginap di sebuah rumah berlantai semen. Dindingnya papan yang sudah menghitam dimakan usia. Pemiliknya, asli keturunan penduduk setempat, pedagang emas sukses di luar daerah. Saking gedenya, apabila kita berbicara di dalamnya, pantulan suara menggaung seperti sedang berada di dalam masjid. Dapurnya dua kali ukuran rumah orangtua saya.
KEMBALI KE ARTIKEL