Jika pun sudah giliran antri berakhir dan kebetulan bangku di film yang diinginkan masih ada maka itu adalah keberuntungan tersendiri. Tetapi bagaimana jika tidak? Nah, tentu sudah menjadi hal biasa maka seseorang akan menimbang-nimbang apakah akan tetap membeli tiket untuk nonton film yang sama hari itu pada jam berikutnya. Atau ganti judul film yang diinginkan pada jam yang sama maupun jam berikutnya. Atau ngambek tak jadi nonton dan bisa jadi karena ada alasan lain. Nah, yang sering terjadi adalah seseorang yang sudah terlanjur antri maka akan lebih memutuskan untuk membeli tiket nonton film. Baik film lain pada jam yang sama, atau film yang sama pada jam berikutnya. Itulah mengapa menurut saya, di depan ruang antri tiket bisokop tidak ada display komputer mengenai status bangku kosong dalam jadwal film yang akan ditayangkan hari itu. Maksudnya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi pemilik bisokop supaya seseorang tetap membeli tiket, karena mungkin akan berpikir sudah capek antri atau sudah jauh-jauh disempatkan ke bioskop kok malah tidak jadi beli tiket buat nonton film. Sayang sekali tenaga dan waktunya. Dan seolah menjadi showw off dan keuntungan lain jika ruang antri tiket bioskop itu ramai. Maksudnya itu akan menjadi satu pertanda bahwa bioskop tersebut cukup ramai dan digemari. Sekaligus supaya untuk melariskan para penjaja makanan. Itulah juga menurut saya sebuah alasan mengapa manajemen atau pihak pemilik bioskop enggan untuk menggunakan opsi untuk menambah server antrian agar peluang antri terlalu lama tidak terjadi. Padahal ilmu sistem antrian banyak dipelajari, dan seharusnya sudah tidak asing bagi mereka yang kuliah riset operasi seperti di jurusan manajemen, atau teknik industri.
Kembali lagi ke masalah display bangku kosong di ruang antri tiket nonton bioskop. Padahal, menurut saya lagi, pembuatan dispay komputer tentang status bangku kosong dan bangku isi pada film yang hendak ditayangkan cukup mudah. Karena status itu sudah terkomputerisasi. Tinggal menyambungkan ke layar. Jadi bisa ditambahkan layar tambahan untuk itu. Tentu dengan sedikit biaya tambahan (untuk layar monitor dan program komputer tambahan seperti persis yang ada di komputer operator server antrian tiket) yang menurut saya dari segi analisa cost cukup murah dibandingkan dengan kemanfaatan yang akan dihasilkan. Semoga sedikit cerita ini bisa bermanfaat. Atau barangkali bisa menjadi usulan penelitian. *terinspirasi dari sebuah bioskop di kota Gudeg, bioskop yang bukan berada di bangunan Mall :)*