Dengan semangat 45, saya pun meringankan langkah menuju kantor dinas pendidikan kabupaten. Sesampainya di kantor dinas pendidikan, saya malah menemukan kekecewaan. Saya dibola pimpongkan ke sana ke mari. Saya harus bolak-balik gedung yang satu ke gedung lainnya. Setelah tiba di gedung yang dimaksud, saya di suruh kembali lagi ke gedung sebelumnya. Demikianlah aktivitas saya selama hampir satu jam di kantor dinas pendidikan. Saya bukannya malu bertanya kemudian jalan-jalan. Saya sudah tanyakan kepada setiap orang yang berada di kantor tersebut. Karena jawaban mereka itulah, saya menjadi bola pimpong. Itulah penyebab utama makanya banyak orang yang malas berurusan dengan instansi pemerintahan. Seolah-olah mereka digaji hanya untuk menjadikan orang lain sebagai bola pimpong padahal mereka hanya duduk-duduk sambil memainkan permainan dari komputer yang ada di hadapan mereka. tepat pukul 11.30, saya pun menemukan bagian yang seharusnya menerima berkas permohonan beasiswa saya. Akan tetapi, tetap saja kekecewaan yang saya temukan. Bukannya menerima berkas saya, malah berkas permohonan saya dikembalikan dengan alasan tidak adanya surat permohonan dari pimpinan/atasan. Otomatis saya pun langsung menyanggah. Dalam syarat pengajuan beasiswa tidak ada diminta persyaratan surat permohonan dari pimpinan/atasan. Akan tetapi, dia berdalih surat tersebut harus ada. Karena sebelumnya pun sudah ada berkas yang masuk dan menyertakan surat permohonan dari atasan. Ketika saya meminta untuk melihat format suratnya, dia katakan tidak ada karena berkasnya sudah masuk. Akhirnya, saya pun kembali dengan kekecewaan dan berkas yang masih berada di genggaman saya. Mengapa kita begitu lihai untuk menambah-nambahkan yang seharusnya tidak ada dan tidak perlu ditambahkan. Sungguh
birokrasi yang sangat mengecewakan.