Seperti yang sudah kita ketahui, pada era saat ini, bermacam-macam penyakit degeneratif yang cenderung berbahaya mulai bermunculan. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyerang organ-organ tubuh dan menyebabkan kerusakan sehingga dibutuhkan suatu pengobatan tertentu. Contohnya saja penyakit degeneratif yang terkait dengan kelainan darah seperti leukimia, limfoma, neuroblastoma, dan sarkoma. Pengobatan penyakit-penyakit ini dapat dilakukan dengan cara kemoterapi. Namun, untuk membasmi sel kanker tersebut sampai ke akar-akarnya dibutuhkan kemoterapi dosis tinggi. Pasalnya, hal tersebut pun dapat merusak sel-sel normal lainnya. Agar sel-sel yang rusak dapat diperbaiki maka dilakukanlah transplantasi. Salah satu cara transplantasi yang kini mulai dikembangkan adalah transplantasi dengan menggunakan stem sel atau sel punca. Sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi sehingga memiliki potensi untuk “menjelma” menjadi berbagai macam sel. Sel punca dapat ditemukan di beberapa titik di dalam tubuh, salah satunya di bagian darah tepi. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammadi, Mohammadinejad, dan Yavari pada tahun 2014 di dalam artikelnya yang berjudul “Human Peripheral Blood Derived Hematopoietic StemCell:History, The Isolation Methods, And Investigation ofDifferent Parameters Effects on Their Differentiation to The Body Cells”, sel punca yang ada di bagian darah tepi (peripheral blood stem cell) dapat “menjelma” menjadi sel-sel darah lainnya seperti sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.Kemampuan seperti itu dinamakan “acts of biological resurrection” atau “tindakan kebangkitan biologis”. Oleh karena hal tersebut, peripheral blood stem cell (PBSC) dapat menjadi modal utama dalam transplantasi autolog dan alogenik.