Di suatu senja yang temaram, kusesap secangkir
coffee latte dalam genggaman. Sebagai teman sepi dalam menyambut sang jingga kembali ke peraduan. Di pinggiran kota ini masih sangat ramai. Hilir mudik kendara berlalu silih berganti. Sesaat kemudian, sekelebat bayangan masa silam tanpa sengaja menghiasi netra. Aku terpekur. Membayangkan segenap resah yang sempat mengisi sukma; tentang pendidikan, pekerjaan, dan juga perjodohan. Ketiga hal itu selalu menjadi momok bagi perempuan sepertiku, yang telah sampai pada titik seperempat abad dalam rentang usiaku. Kata orang, ini dinamakan
quarter life crisis.
KEMBALI KE ARTIKEL