Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Kami Menanam Untuk Orang Sesudah Kami..

25 Agustus 2012   11:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:20 98 0
Pangeran kerajaan Persia ini merindukan jalan-jalan untuk menginspeksi rakyatnya karna merasa jenuh dengan rutinitas istana yang penuh dengan kekakuan.  Sebagaimana lazimnya dia bepergian keluar istana, Sepasukan pengawal lengkap dengan senjata dan perbekalan yang sudah disortir oleh katering istana agar makanan yang diasup oleh sang Pangeran benar-benar steril.

Tidak seperti biasanya , sang Pangeran memerintahkan kepada pengawalnya agar berkoordinasi dengan Menteri Keuangan negara untuk menyiapkan pundi -pundi uang yang akan diberikan kepada rakyat yang mampu menarik hati sang Pangeran.

Setelah melakukan perjalanan cukup panjang, ternyata belum ada yang menarik simpatinya sampai di suatu tempat yang gersang bertemulah rombongan ini dengan seorang tua yang ringkih dengan guratan-guratan di wajahnya menunjukkan keuzuran umurnya.

Orang tua itu menanam pohon..ya menanam pohon..Apa yang aneh dengan menanam pohon?..tidak ada. Namun pohon itu baru berbuah puluhan tahun yang akan datang karna yang ditanam bukan pohon semusim dan satu kata yang pasti "Orang ini sudah tidak mungkin menikmati buahnya!!"..namun naluri sang Pangeran begitu kuat sehingga menariknya untuk mendekat.

"Wahai orang tua!!mengapa engkau menanam pohon padahal engkau pasti tidak akan memakan buahnya?" Tanya Pangeran keheranan.

"Paduka Yang Mulia..Kami memakan buah dari pohon orang yang menanam sebelum kami..apa salahnya kami juga menanam agar dinikmati orang setelah kami." Orang tua itu menjawab tanpa beban.

"Ziih..!."  Pangeran memujinya dalam bahasa Persia   karna jawabannya telah membuka nurani sang Pangeran sembari memberi isyarat kepada pengawalnya untuk meyerahkan pundi uang kepada orang tua tersebut.

"Wahai orang tua!! Umurmu sudah sangat uzur..untuk motivasi apa anda menanam?." Tanya pangeran sekali lagi.

" Kami menanam bukan untuk kami tapi untuk orang sesudah kami!!" Jawabnya dengan kelembutan selembut hati orang tua ini.

"Ziih...!" Sekali lagi dia memuji dan menyerahkan semua pundi -pundi uang kepadanya.

Kompasianers yang budiman..Kalau saja seribu orang saja bermental seperti orang tua ini ada di Indonesia niscaya kita tidak akan mendengar hutan-hutan yang digunduli tanpa ada tanggung jawab untuk menanam kembali di sisi lain kalau ada satu saja pejabat yang memberikan perhatian terhadap orang yang menanam pohon seperti orang tua ini maka niscaya tidak perlu memboroskan trilyunan rupiah untuk program penghijaun.

Narasi

Nurkholis Ghufron

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun