Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

D(C)erita TKI Tewas Tercebur Kali

25 April 2012   03:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 266 0
CERITA tentang tenaga kerja Indonesia (TKI) bernasib sial lengkap dengan duka-deritanya tidak pernah henti menjadi menu pemberitaan media.  Cerita kematian tiga TKI asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang ditembak Polisi Diraja Malaysia di kawasan Port Dickinson, Negara Bagian Negeri Sembilan pada 25 Maret lalu, hanya sekelumit contoh nestapa TKI yang berusaha mengais rezeki di negeri orang tetapi kalah oleh nasib sial.

Kasus tersebut menyita perhatian publik setelah muncul kecurigaan adanya praktik jual-beli organ tubuh di balik kematian TKI.  Lepas dari benar-tidaknya jugaan itu, yang pasti kasus tersebut bukan satu-satunya sumber penderitaanTKI. Masih banyak kasus lain yang tidak terekspos media, misalnya TKI di perkebunan yang nasibnya terlunta-lunta akibat lemahnya sistem perlindungan terhadap para imigran.

Catatan ini terinspirasi dari oblolan langsung dengan Kasnawi, salah seorang rombongan TKI asal Batang yang baru saja kembali dari Malaysia lantaran merasa tidak nyaman bekerja pada sebuah perkebunan di daerah Bintulu, Serawak.  Lebih-lebih setelah salah seorang rekannya  dari Desa Wonodadi, Bandar, Batang, meninggal akibat tercebur dan tenggelam di sungai.

Kasnawi  adalah saksi mata kejadian tragis itu. Musibah bermula saat ia dan rekan-rekannya mancing di sebuah sungai untuk mengisi waktu senggang. Korban semula sudah diingatkan karena posisinya terlalu riskan. Saat mancing ia duduk di atas sebuah batu di bibir sungai. Peringatan temannya tidak dihiraukan dan ternyata batu tersebut jatuh ke sungai dan ia ikut tercebur. Evakuasi jenazah memakan waktu cukup lama karena tubuh korban tersangkut senar di dasar sungai. Beberapa hari kemudian jenazah korban baru ditemukan.

Kejadian di atas, meskipun tragis, tetapi mungkin sudah dianggap hal biasa. Kematian yang tak perlu disesalkan terlalu dalam.  Bahkan kepulangan Kasnawi dkk ke Indonesia dan terlunta-luntanya selama dalam perjalanan, tidak ada yang menghiraukan. Mereka pulang dengan tangan hampa karena  sisa gajinya habis untuk biaya perjalanan pulang. Belum lagi ketika menghadapi para pemalak selama dalam perjalanan. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga.  Nyaris tanpa perlindungan.

Kebijakan perlindungan TKI tampaknya belum banyak membuahkan hasil.  Tidak berlebihan jika Tajuk Rencana (SM, 25/4) menilai program perlindungan TKI masih sebatas retorika. Pemerintah  belum sungguh-sungguh menghargai nyawa manusia. Belum ada desain kebijakan baru yang mampu melindungi warga negara kita di luar negeri, menyusul serangkaian kasus TKI yang  bernasib sial. Baca: Derita TKI Malaysia dalam Data.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun