Ada beberapa larik puisi di kedua bola mataku, terawanglah hingga hatimu hinggap pada salah satu metaforanya. Berulangkali aku mencarimu dalam keriuhan kata, hanya kehampaan yang aku temukan. Kamu enggan hadir dalam celah-celah sepiku yang terlalu menyedihkan. Sejenak sikap dinginmu membuatku berpikir bahwa diriku tak pernah bermakna apa-apa. Tapi matamu sayang, tidak bisa mendustai bahwa sebenarnya akulah yang sedang kau pandangi diam-diam.
KEMBALI KE ARTIKEL