Ketika masih kecil, aku bukanlah anak yang baik. Aku sangat nakal. Seringkali aku melakukan hal-hal bodoh agar ada yang memperhatikanku. Dulu ibuku sibuk bekerja sehingga jarang menghabiskan waktu bersamaku. Ibu berangkat pagi dan pulang larut malam. Aku membencinya. Aku tak pernah menghiraukannya ketika melihatnya duduk sendiri di ruang tamu sambil memijat-mijat tengkuknya. Bahkan aku tak pernah menjawab saat ibu bertanya bagaimana sekolahku, teman-temanku, dan lain sebagainya.
Ketika beranjak remaja aku juga bukan anak yang baik, aku semakin tidak peduli dengan ibuku. Sekali waktu ibu sengaja mengambil cuti untuk menemaniku berlibur. Aku sama sekali tidak tertarik berlibur dengan ibu karena aku merasa ibuku tidak gaul, terakhir dia mengajakku jauh-jauh ke Bandung hanya untuk datang ke masjid dan mendengar ceramah.
Ibuku tak pernah marah kepadaku, bahkan ketika ibu dipanggil oleh pihak sekolah karena aku ribut dengan teman sekelasku karena aku dibilang merebut pacarnya. Tapi, sikap ibuku itu tak juga membuatku merasakan betapa dia mencintaiku. Suatu hari ibuku berkata "bidadari ibu semakin besar dan semakin cantik, rambutmu indah, alangkah baiknya jika keindahanmu itu ditutupi dengan jilbab sayangku." Aku tak menggubris ucapannya, memang selama ini banyak orang membicarakanku karena aku yang notabene anak dari wanita berjilbab malah senang berpakaian terbuka, aku bahkan risih tiap kali hari Jum'at tiba aku harus ke sekolah dengan memakai kerudung. Berjilbab panjang seperti itu, yang benar saja. Mana mungkin ada cowok yang mau jadi pacarku kalau aku berpenampilan seperti itu, begitulah yang ada dalam pikiranku saat itu.