Teori konspirasi menjadi sebuah pilihan kambing hitam utama dalam berbagai perselisihan di himpunan, mulai dari seting forum, aksi forum, pengkeosan forum, poros koalisi, barisan gerbong, serta berbagai hal yang menjadi sebuah takline narasi pasti ketika himpunan ini bermusyawarah mufakat, namun mereka semua banyak yang tidak mengetahui pasti dan bahkan kesukitan mengatakan dan membuktikan berbagai teori konspirasi tersebut, narasi yang terus di ungkit tidak jarang menjadi jual beli dalam berbagai forum konsolidasi, untuk mendapatkan perhatian, dan tidak jatang juga bernilai cuan, atau penghidupan. Tidak ada sebuah hal yang istimewa di antara aktifitas bersosial yang demikian, karena memang di antara manusia individu, yang bersosial pastilah memiliki gagasan yang berbeda dan mereka bersama berdinamika serta bersosial untuk menemukan titik temu perjuangan.
Mengungkit dari pada polarisasi gagasan serta dinamika yang terjadi, hal itu di maknai sebagai sebuah kedalaman dalam berfikir dan berdinamika untuk tetap merawat nalar, intelektual, serta kewaspadaan diri untuk memberikan supporting terbaik bagi umat dan bangsa. HMI merupakan sebuah organisasi yang besar dan juga tergolong tua bagi bangsa di era modern ini, dengan adanya eksistensi di berbagai lintas kepemimpinan dan zaman menjadi bukti problemarikan di HMI adalah sebuah jamu pahit yang insa allah akan menyehatkan, karena dalam setiap tantangan zaman membutuhkan racikan kepemipinanya sendiri untuk tetap berada pada sebuah rul roda perjuangan.
Mencoba menalar dan menakar dari pada pemahaman serta implementasi teori politik dan kekuasaan menurut filsuf Niccolo Machiavelli pada era renaisans dengan fenomena Keos konggres XXXI HMI. Kedewasaan, kematangan berfikir dan bersikap HMI sebenarnya cukup di perhitungkan dari berbagai kalangan, fenomenologi keos merupakan sebuah tafsir ganda dalam pemahaman sosial, di Indonesia cenderung bersifat destruktif, namun lebih dalam dari pada itu sebagai kader HMI saya melihat itu sebagai upaya yang cukup progresif sebagai sebuah proses untuk mempertahankan gagasan dan nalar kritis, dengan berorientasi pada tujuan akhir, proses yang di lalui mencoba untuk di telaah dalam berbagai fenomenologi persepsi sehingga mengungkit reorientasi tujuan menjadi sebuah kemutlakan, kekurangan dalam sebuah pencapaian tujuan adalah sebuah kegagalan sehingga berbagai cara menjadi suatu yang sah di laksanakan demi kesempurnaan tujuan, baik dari individu maupun kelompok.