Sekali lagi Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan memberikan kontribusi besar dalam pengembangan usaha agribisnis peternakan sapi perah. Selain desa Gunung Perak yang dikenal sebagai pusat usaha peternakan sapi perah di Sinjai Barat, ternyata desa Barania pun ikut mengambil bagian dalam pengembangan usaha ini. Siapa sangka bahwa desa Barania yang letaknya paling terpencil dari Kecamatan Sinjai Barat ini mampu mendongkrak produksi susu sapi perah yang selama ini hanya bertumpu di desa Gunung Perak saja. Desa Barania dikenal sebagai desa yang minim fasilitas mulai dari listrik, transportasi, teknologi dan sebagainya yang sempat dianggap sebelah mata oleh berbagai kalangan. Untuk menjangkau desa Barania ini harus melewati medan yang begitu berat dan terjal. Namun berkat kerja keras dan semangat Pak Mahmud yang juga seorang pegawai dari Dinas Peternakan Kabupaten Sinjai sekaligus pengelola Koperasi Susu “Sintari” ini mampu mengangkat citra dari desa Barania ini. Pak Mahmud memperkenalkan sebuah teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Air secara sederhana yang dirakit secara manual dan menggunakan air yang mengalir dari mata air pegunungan. Meski hanya sederhana tapi PLTA rakitan ini digunakan bisa sampai delapan rumah penduduk. Daya yang digunakan belum terlalu maksimal namun cukup untuk menerangi rumah-rumah penduduk yang selama ini hanya bisa diterangi oleh cahaya lilin atau pelita. Suhu disana pun memang cukup dingin sehingga sangat potensial untuk pengembangan peternakan sapi perah. Sapi perah yang dipelihara disana jumlahnya mencapai puluhan ekor dengan tenaga kerja adalah penduduk yang berada di sekitarpeternakan tersebut. Sistem pemeliharaannya pun bukan lagi secara konvesional tapi sudah intensif dan lebih menitikberatkan kepada peningkatan produksi susu. Yang menjadi keunikan dari peternakan ini adalah lokasi pengambilan pakan rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang letaknya berada di seberang bukit dari peternakan ini. Proses pengangkutan rumputnya pun unik sekali tidak lagi menggunakan tenaga manusia yang harus bolak-balik ke bukit seberang namun cukup dengan menggunakan system yang mirip dengan olahraga outbound sehingga sekarang proses pengambilan pakan rumputdi peternakan ini identik dengan sebutan “flying grass” atau rumput terbang.