Sumuk, inilah kata yang tepat untuk menyebut cuaca akhir-akhir ini di kota Malang. Kota kelahiran saya ini sudah tak lagi sedingin semasa saya masih sekolah dulu. Saya masih ingat rasanya dulu ketika harus mandi pagi-pagi sebelum berangkat sekolah. Kedua lutut beradu, tangan bersedekap dan gigi gemerutuk menahan dingin. Pakdhe yang datang dari Madiun tidak pernah berani mandi sebelum adzan dhuhur berkumandang. Atis, katanya. Sekarang? Â Pagi-pagi saya sudah berkeringat, siang begitu menyengat dan malamnya saya sulit tidur tanpa kipas angin yang berputar 24 jam sehari .
KEMBALI KE ARTIKEL