Hidupku terpuruk. Usahaku bangkrut. Utangku menumpuk. Untungnya Marleeya yang tidak bekerja setelah menikah, mau membantu. Ia membuka kedai di ujung gang buntu. Macam-macam yang dijual istriku itu. Ada bakso tulang iga sapi , mie pangsit yang level kepedasannya bisa diatur, beraneka minuman dan macam-macam susu. Alhamdulillah, kedai ramai selalu. Marleeya senang meski berpeluh. Ia tak lagi mengeluhkan uang belanja dariku. Arista dan Azara, kedua anak kami . tak lagi menunggak SPP apalagi sekedar LKS dan buku-buku. Agan, si bungsu sudah terpenuhi pampers dan susunya. Hanya Saleeha, ibu mertua yang masih menaruh curiga kepadaku.
KEMBALI KE ARTIKEL